Rabu, 02 September 2009 | 22:37
Sebagian umat Muslim kita sejak akhir dekade 90-an yang melakukan pendekatan formalisme keagamaan semakin menggejala. Sehingga keberagamaannya mengindikasikan gejala individualistik- egoistik. Hal ini merupakan akibat dari keberagamaan umat yang formalistik. Mereka memiliki persepsi terhadap Islam yang kurang tepat. Islam dipersepsikan sebagai perangkat normatif, yang lebih mementingkan bentuk daripada isi.
Dengan pendekatan formalisme keagamaan , mereka menjadikan ibadah sebagai tujuan bukan sebagai jalan. Pada hal seluruh ibadah dalam Islam bersifat transformatif. Mereka shalat , misalnya, hanya untuk mengurangi dosa dan mencari pahala, sebagai bekal nanti di akhirat. Shalat itu jalan untuk “mencegah dari perbuatan keji dan munkar” ( QS Al-Ankabut [29] : 45). Puasa juga sebagai jalan “agar kamu bertakwa’ (QS Al-Baqarah [2] : 183 ).
Islam memiliki seperangkat paradigma moral dan akhlak, baik untuk diri sendiri mau pun orang lain. Ajaran Islam bukan hanya untuk “menyelamatkan” diri sendiri, tapi untuk kebaikan bersama, rahmatan lil alamin.
Keberagamaan yang individualistik ini terlihat, umpamanya, dalam kesukaan mereka untuk beribadah haji atau umrah berkali-kali. Tidak peduli terhadap berjuta umat yang kurang gizi, tidak bisa sekolah, juga tingkat pengangguran yang tidak turun-turun.
Contoh lain yang sering kita saksikan, mereka lebih suka membagikan zakat secara langsung kepada mustahik. Mereka merasa puas atau mungkin merasa pahalanya lebih besar bila zakatnya diterima langsung oleh yang berhak. Tidak mempedulikan para mustahik itu dengan wajah lusuh, kelelahan antri, berdesakan dan bahkan memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Dan itu berulang setiap Ramadhan. Mereka tidak mau tahu bahwa Al-Quran menyebutkan adanya peran amil zakat. Bahkan Allah menetapkan amil zakat itu sebagai salah satu mustahik.
Masih banyak contoh ibadah lain yang sering dilakukan, padahal termasuk ibadah sunnah. Tapi mereka sering mengabaikan hal-hal yang justru wajib dilakukan.
Ah, yang penting saya beribadah sebanyak mungkin , mengumpulkan pahala, tidak ada urusannya dengan orang lain. Biarlah orang lain, yang penting diri sendiri . Mungkin mereka berpandangan seperti itu.
Tapi, bagaimana dengan Anda ?
Gambar : IslamOnline.net
Sep 04, 2009 @ 04:25:46
Assalaamu’alaikum
Mudahan kita terpelihara dari segala perbuatan yang menyalahi ajaran Islam sebenarnya. Hal seperti ini akan memperlihatkan bahawa agama Islam itu bukan agama perpaduan dan persaudaraan. Sedangkan hal sebalinya dituntut oleh ajaran Islam sebagai agama yang menyatukan hati-hati dan jiwa yang berada di seluruh bumi ini.Salam Ramadhan.
Sep 04, 2009 @ 09:44:55
Assalamu’alaikum,
Setiap orang mempunyai pola pikir yg berbeda-beda, itulah keberagaman umat, walaupun mungkin cara mereka kurang tepat (seperti membagikan zakat secara langsung), tapi saya pribadi lebih memilih untuk tetap berpandangan baik terhadap siapa saja. Yg tidak boleh dilakukan adalah menjalankan yg sunah tapi melalaikan yg wajib. (Dewi Yana)
Sep 04, 2009 @ 14:20:40
Wa’alaikumussalam,
Saya sependapat dengan Puan Siti dan Mbak Dewi. Mudah-mudahan keberagamaan kita sesuai dengan yang telah digariskan Allah dan Rasul-Nya. Amin.
Terima kasih banyak sudah bersedia mampir ke sini.
Semoga silaturahim kita terus berlanjut.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Sep 05, 2009 @ 01:25:12
Tulisan yang mencerahkan.
Salam silaturahim dari pekalongan.
Sep 07, 2009 @ 01:03:16
Tulisan yang membuka wacana pemikiran dan perenungan diri.
Salam kenal
Sep 07, 2009 @ 01:29:14
Terima kasih banyak sudah menemui saya di sini.
Salam kenal kembali.
Sep 07, 2009 @ 01:30:22
Subhanallah
Tulisan menggugah sekali.
Salam hangat selalu
#Haniifa.
Sep 07, 2009 @ 10:30:34
Yah begitulah…. mungkin kekurangpekaan terhadap lingkungannya akibat kesalahan umat Islam dalam mempelajari ilmu agamanya, sehingga yang dimengerti hanya kulit2 luarnya saja. Namun Insya Allah, kaum muslimin dapat mempelajari sesuatunya lebih baik lagi agar umat kita dapat menjadi umat terbaik di muka bumi ini. Amin.
Sep 07, 2009 @ 14:28:44
@ Haniifa
@ Yari NK
Terima kasih telah mampir di sini. Semoga Ramadhan kali ini menggugah kita untuk lebih mampu memaknai agama dengan lebih baik. Dan mudah-mudahan ukhuwah kita semakin erat dan berlanjut.
Terima kasih.
Salam buat kelurga Anda berdua.
Sep 08, 2009 @ 02:11:51
Begitulah pak model keislaman di Indon, misih sebatas kulitnya doang
Sep 08, 2009 @ 05:28:13
Apakah ini karena kurang berperan nya ulama kita ?
sekarang utk beribadah pun mereka riya’, memberikan sedekah atau berbuka puasa bersama anak2 yatim dan fakir miskin, namun memanggil wartawan lengkap dgn kameranya.
setelah ramadhan usai…………..usai pula kepedulian sesaat……….
Semoga Allah swt memasukkan kita ke dalam golongan orang yg benar2 bertakwa, amin.
Salam.
Sep 08, 2009 @ 07:46:22
Assalaamu’alaykum,
Saudara-saudaraku sekalian,
Mohon maaf sebelumnya. Yuk mari kita bersama-sama berusaha memperbaiki dan memulainya dari scope terkecil, yakni diri kita, keluarga, baru menuju scope yg lebih luas yakni masyarakat, karena sesungguhnya sebuah negara itu sendiri merupakan kumpulan dari individu-individu yg ada di dalam banyak keluarga.
Jika individu di dalam sebuah keluarga baik, dimana satu sama lainnya saling mengejar kebaikan dan perbaikan urusan akhirat dan dunia, insya Allah ini akan membawa efek perbaikan yang lebih luas, dalam hal ini adalah negara. dan sesungguhnya kita hanya sekedar bermimpi, ketika mengharapkan perbaikan sebuah negara, tanpa lebih dulu berupaya memperbaiki individu-individu di dalam keluarga-keluarga yg ada sebagai salah satu komponen terpenting terbentuknya sebuah negara.
Mari kita dekati ulama yg sholeh, sebagai tempat rujukan kita dalam banyak hal, yg insya Allah dengan itu kita akan beroleh keberkahan (bertambahnya kebaikan dan manfaat yg banyak) dalam setiap langkah kehidupan kita, dunia & akhirat.
Semoga Allah swt senantiasa memperbaiki lahir & batin kaum muslimin, khususnya kaum muslimin di indonesia agar senantiasa terbimbing dan terjaga dari segala fitnah yg akan menjadikan mereka jauh dari tuntunan agamanya.
Astaghfirullaahal ‘adhiim,
Wallahu a’lam.
= = =
Terima kasih buat Bapak yg sudah sudi berkunjung ke gubuk saya.
Salam silaturrahim dari Batam dan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1430 H 🙂
Wassalam,
Fakhrurrozy
Sep 08, 2009 @ 14:01:51
Assalamu’alaikum,
Pak Guru, Bunda, dan Pak Fakhrurrazy, terima kasih sudah menemui saya dan melengkapi kekurangan tulisan saya di atas. Mudah-mudahan ke depan keberagamaan kita sejalan dengan tuntunan-Nya. Dan silaturahim kita terus berlanjut. Amin.
Sekali lagi, terima kasih.
Wassalamu’alaikum.
Sep 08, 2009 @ 10:50:11
Assalamu’alaikum,
Terima kasih atas minat Bapak terhadap buku yang saya tulis, mungkin hanya terdapat di Gramedia yang besar-besar saja Pak, barangkali di Gramedia Bogor bisa Bapak dapatkan. Tentang ijin memakai tulisan saya di blog sebagai referensi Bapak dalam mengajar, silahkan saja Pak, saya malah senang kalau ilmu pengetahuan tersebar luas. (Dewi Yana)
Sep 08, 2009 @ 13:51:05
Wa’alaikumussam,
Insya Allah nanti habis lebaran saya akan cari buku-buku Ibu.
Sebagai guru –hanya namanya saja–, ilmu saya masih jauh dari memadai untuk bisa menjadi seorang guru, sementara buku-buku teks yang ada terasa kering. Al hamdulillah tulisan-tulisan Ibu di blog banyak yang merupakan materi pelajaran SMP,
Terima kasih . Jazakumullah khairan katsiran.
Wassalam.
Oct 28, 2009 @ 06:38:51
salam silaturahim
hubungan yang baik itu seperti hubungan muhajirin dan anshar, dan yang mengikuti mereka dengan baik.
Oct 28, 2009 @ 20:50:01
Assalamu’alaikum,
Betul sekali Mas, hubungan Muhajirin dan Anshar sangat harmonis, saling membantu, tidak ada egoisme kelompok, fanatisme kelompok atau juga kepentingan pribadi di atas kepentingan umat.
Terima kasih.
Salam buat keluarga