Mabrurkah Haji Kita ?


Oleh : Nasaruddin Umar

”Barangsiapa yang menunaikan haji dengan niat semata-mata karena Allah, tidak berkata kotor dan berbuat fasik, maka ia akan menjadi sosok suci seperti bayi yang dilahirkan oleh ibunya.” ( HR Bukhari )

Cita-cita semua orang yang menunaikan ibadah haji, selain ingin hajinya diterima (makbul), juga yang lebih penting ingin hajinya mabrur, yakni haji yang mendapatkan penilaian khusus di sisi Allah SWT. Haji mabrur dijanjikan keutamaan khusus dari Rasulullah SAW: ”Tidak ada haji yang balasannya surga selain haji yang mabrur.” ( HR Bukhari-Muslim )

Haji makbul biasa dicapai melalui penyempurnaan niat, rukun, syarat, dan sunah haji, tetapi haji mabrur membutuhkan waktu untuk menyadarinya. Di samping itu juga membutuhkan watak dan karakter individu yang andal dan konsisten ( istiqamah ).

Apa sesungguhnya haji mabrur itu, bagaimana meraihnya, dan bagaimana mempertahankannya. Dampak positif haji mabrur bukan hanya pada diri yang bersangkutan, tetapi juga di dalam masyarakat luas. Haji mabrur dapat menjadi kader yang andal di dalam menyelesaikan berbagai problem masyarakat dan bangsa kita. Dengan demikian, perwujudan haji mabrur patut diperjuangkan semua pihak.

Haji mabrur tidak diukur pada saat proses pelaksanaan haji, tetapi terutama seusai pelaksanaan ibadah haji itu sendiri. Kriteria haji mabrur juga menuntut syarat-syarat sosial seperti yang secara eksplisit disebutkan dalam Al Quran.

Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan, apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal ( QS Al-Baqarah/2:197 ).

Berkata-kata kotor dan sembrono, berbuat keonaran (fasik), dan berbantah-bantahan, diberikan penegasan khusus oleh Allah SWT. Beranikah kita memutus dosa-dosa langganan kita selama ini, baik yang kecil-kecil apalagi yang besar-besar. Apakah masyarakat sekitar, terutama keluarga, sudah merasakan vibrasi positif dari kita. Dengan kata lain, apakah haji kita membawa kebaikan di masyarakat, khususnya di lingkungan keluarga terdekat kita.

Untuk membangkitkan kesadaran spiritual sebagai upaya menggapai haji mabrur, pengenalan makna dan simbol-simbol haji perlu juga mendapatkan perhatian khusus, terutama pemaknaan secara esoterik sejumlah tempat yang banyak mendapatkan perhatian umat.

Institusi Thawaf, misalnya, sebagai warisan dari Nabi Adam, selain menirukan cara beribadah para malaikat, juga menirukan perilaku alam raya. Ini semua membuktikan bahwa manusia sebagai partikel mikrokosmos harus juga tunduk dan pasrah ( islam ) dan konsisten ( istiqamah ) kepada Khaliqnya. Seorang Muslim yang ideal ialah selain menyatakan kepasrahan total kepada Allah SWT juga harus memancarkan nilai-nilai pencerahan di dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya menjunjung tinggi kesalehan individual, tetapi juga kesalehan sosial.

Dalam siklus kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa menjalankan fungsi-fungsi tawaf. Orang-orang yang bertawaf di atas rel yang benar, mereka itulah disebut orang-orang yang berjalan di atas jalan yang lurus, jalan yang penuh kenikmatan ( shirath alladzina an’amta ’alaihim ).

Orang-orang musyrik, atau orang-orang yang melakukan loyalitas dan penghambaan ganda kepada lebih dari satu obyek yang seharusnya disembah, sesungguhnya telah menempuh rel menyimpang dalam kehidupannya sehingga Tuhan menggambarkannya dalam Surah Al-Hajj:

Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. ( QS Al-Hajj/22:31 )

Orang-orang yang menyimpang dari sistem global dan nilai-nilai universal sebagaimana ditetapkan Tuhan tidaklah tergolong haji mabrur, bahkan boleh jadi yang bersangkutan sesungguhnya orang-orang yang sesat. Nurani (cahaya) dalam hati mereka padam digantikan dengan hati dlulmani, hati yang gelap-gulita. Cermin batinnya yang buram tidak mampu lagi menangkap nur, cahaya Ilahi.

Mereka teralienasi oleh gemerlapnya kehidupan dunia. Mereka itu sangat berpotensi untuk membenarkan segala cara dalam memenuhi keinginannya. Mereka tidak lagi tergetar hatinya dalam menyaksikan penderitaan kaum dlu’afa’ yang semakin dla’if karena paham individualisme sedemikian merasuk ke dalam pikirannya. Orang-orang seperti ini sulit merasakan ketenangan dan ketenteraman hakiki karena dalam jiwanya dipadati power struggle, ambisi berlebihan, dan pada akhirnya mereka merasa kelelahan karena tersedot oleh energinya sendiri. Ini bisa ditebak bahwa sepanjang seseorang masih seperti ini, sulit kiranya haji mabrur menyertai kita.

Godaan mempertahankan haji mabrur juga tidak gampang karena terkadang yang kita harus hadapi bukan orang lain, melainkan diri sendiri. Kiat-kiat mempertahankan kemabruran haji tentu saja yang bersangkutan diharapkan tetap mempertahankan ibadah sosial yang paralel dengan ibadah mahdlah. Semoga para hujjaj kita tahun ini memperoleh haji mabrur.

Nasaruddin Umar, Katib Am PB NU & Rektor PTIQ Jakarta

Sumber : Kompas, Selasa, 4 November 2008

Gambar : IslamOnline.net

PS : Bagi yang ingin mengetahui berbagai hal tentang ibadah haji, silahkan ikuti tanya jawab haji di halaman Konsultasi Agama.

Posted by Abdul Aziz on November 19 , 2009 | 19:31

15 Comments (+add yours?)

  1. Budy Santoso
    Nov 19, 2009 @ 21:02:53

    Assalamu’alaikum Pak Haji…Maaf nih baru bisa berkunjung alias bersilaturahmi dikarenakan ada kesibukan baru merintis usaha.

    Sebenarnya selama ini saya secara pribadi belum tahu apa sih yg disebut Haji Mabrur implikasinya apa setalah seseorang menunanikan perintah Allah tersebut karena kebanyakan yg saya alami dan saya tahu seseorang yg telah pergi kerumah Allah untuk melakukan Haji sekambalinya dari tanah suci malah pelit bin koret alias medit dan bertindak semena-mena klo kata bahasa kulon mah (asa aing geus naek haji) jadi ingin selalu dihormati dan ada pula yg selalu memohon agar di depan namanya diberi tambahan huruf “H”
    —————————————————————————

    Wa’alaikumussalam,
    Terima kasih Kang atas kunjungannya. Maaf Kang, sampai saat ini saya belum sempat beribadah haji. Karena itu tidak “berani” menulis sendiri tentang haji. Yang ini mah hasil ngopi.
    Barangkali orang yang demikian itu, ibadah hajinya cuma ingin dihormati saja, ingin naik gengsinya, bukan beribadah karena Allah. Itu bukan haji mabrur ( baik ) atau haji makbul ( diterima ), tapi haji mardud ( tertolak ).
    Wassalam.

    Reply

  2. yayat38
    Nov 19, 2009 @ 21:55:01

    penjelasan yang detil Kang. Saya mendapat pelajaran berharga tentang ibadah haji.
    Selain harus memahami rukun haji mungkin ya Kang, badan, pikiran dan hati utuh untuk menghadap Allah SWT dalam menunaikan ibadah haji. Bukan karena gelar haji yang konon katanya tidak ada. Sedikit menyimpang berarti belum mendapat predikat haji mabrur. Manawi Kang pangaluruskan pendapat abdi !!

    ————————————————————————————

    Ibadah haji sama saja dengan ibadah lainnya, harus ikhlas dan khusu. Ikhlas berarti murni, bersih dari maksud-maksud yang lain selain hanya berharap ridha Allah saja. Khusu , betul-betul dilaksanakan sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW. Bukan untuk belanja atau wisata saja.
    Mengenai gelar haji sama sekali tidak ada dalam ajaran Islam. Gelar ini awalnya hanya digunakan oleh orang-orang Melayu saja. Tidak ada pada zaman Nabi maupun zaman sahabat dan tabiin.

    Terima kasih .
    Salam hangat buat keluarga.

    Reply

  3. ruanghatiberbagi
    Nov 20, 2009 @ 10:20:23

    Hanya Allah yang mengetahui mabrur apa tidak ibadah haji kita, namun setidaknya bisa dilihat perubahan kualitas iman dan takwa kita setelah menunaikan ibadah Haji,

    ————————————————————————–

    Tepat sekali Mbak. Kemabruran haji seseorang bisa dilihat dari sikap dan perilakunya yang menunjukkan peningkatan kualitas iman, amal, dan ketakwaannya.
    Terima kasih.
    Salam.

    Reply

  4. kopral cepot
    Nov 20, 2009 @ 10:26:48

    tiap berkungjung teras ngaos bab haji .. teras emut ka pun biang sareng pun bapa ;( … emut waktos jajap .. pun biang mung nitip hiji “sing rikat sholat” ..

    punten teu tiasa diterakeun … kagagas ;(

    ——————————————————————

    Ini mah hanya mempost kliping tentang ibadah haji tahun lalu, mudah-mudahan bisa bermanfaat. Semoga kedua orangtua Akang bisa kembali sebagai haji makbul dan mabrur. Amin
    Hatur nuhun Kang.
    Salam ka sadayana.

    Reply

  5. Badruz
    Nov 20, 2009 @ 21:02:27

    kalimat yang sering di sampaikan oleh para muballigh tentang haji mabrur pada saat pengajian haji, atau syukuran haji adalah; diantara tanda haji mabrur adalah ketika sudah berhaji maka semakin cinta terhadap akherat dan perlahan meninggalkan urusan dunia. Yang tadinya tidak rajin berjamaah, jadi rajin berhamaah di masjid. ini kata-kata yang paling sering saya dengar dalam pengajian haji. Memang benar sekali tuh, kalau sudah haji kudu demen sama urusan akherat.

    salam.

    ————————————————————————————

    Haji mabrur pada dasarnya ditunjukkan dengan semakin kokoh keimanannya dan semakin meningkatnya ketakwaan orang yang sudah beribadah haji. Dalam keseharian hidupnya tentu akan lebih rajin shalat berjamaah dan tidak terlena oleh kehidupan duniawi. Karena , seperti firman Allah, “…sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagi kamu …” ( QS Adh-Dhuha [ 93 ]: 4 ).
    Terima kasih.
    Salam buat seluruh keluarga di Kebumen.

    Reply

  6. guskar
    Nov 21, 2009 @ 00:04:02

    ini pengalaman pribadi saya pak.
    ternyata sungguh susah untuk mempertahankan kualitas ibadah ketika di Tanah Haram dulu dibandingkan setelah kembali ke tanah air. 40 hr di sana, hari2 melulu untuk beribadah, salah satu contohnya tidak pernah kosong untuk shalat jamaah atau begitu ringannya mengkhatamkan Quran 2X. begitu kembali ke tanah air, masalah dunia serasa nggak pernah ada habisnya.

    ———————————————————————-

    Barangkali karena niat yang kuat untuk beribadah di tanah suci sehingga betul-betul motivated . Suasananya juga sangat mendukung. Tapi dalam keseharian hidup di sini suasana menjadi lain, godaan juga bertubi-tubi. Mudah-mudahan dengan kuatnya iman dan niat yang tulus segalanya akan lebih baik. Amin.
    Terima kasih banyak.
    Salam,

    Reply

  7. حَنِيفًا
    Nov 21, 2009 @ 01:43:48

    Selamat malam @Kang
    Wahh… saya kayaknya blogoer mabur yach… hehehe katanyah seehh komentar sayah pedes dam mabur.

    Salam hangat selalu, Sahabatku.

    ———————————————————————————-

    Selamat siang Kang.
    Kang kemana saja, mabur ? Sering mampir ke rumah Akang tapi sepi banget.
    Syukurlah kalau sudah kembali. Keep writing & sharing.
    Hatur nuhun.
    Salam buat semuanya.

    Reply

  8. Desain Lansekap
    Nov 21, 2009 @ 11:21:44

    Kunjungan siang…. terima kasih sudah berbagi artikel yang bagus ini Pak…. semoga kelak kita bisa menjadi haji yang mabrur….

    ————————————————————————-

    Terima kasih Mas, artikel-artikel haji ini merupakan kliping dari Kompas tahun lalu.
    Mudah-mudahan menjadi haji mabrur . Amin.
    Salam.

    Reply

  9. embun777
    Nov 21, 2009 @ 17:00:54

    Assalamu’alaikum , kunjungan sore hari ..
    semoga semua kel dalam keadaan sehat selalu.

    Salam dan Sukses.

    —————————————————————————————

    Wa’alaikumussalam,
    Alhamdulillah, kami sekeluarga baik-baik saja. Semoga Mas juga dalam keadaan sehat walafiat.
    Terima kasih atas kunjungannya.
    Salam hangat buat semuanya.

    Reply

  10. ahsinmuslim
    Nov 21, 2009 @ 19:18:29

    Amin. Semoga mereka yang menunaikan ibadah haji dapat menjadi haji yang mabrur, di ridhoi oleh Allah Ta’ala.

    ———————————————————————

    Mudah-mudahan para jemaah haji ini menjadi haji yang mabrur. Bila 200.000 lebih jemaah haji kita menjadi haji mabrur semua, betapa besar pengaruhnya bagi kehidupan keberagamaan dan kemasyarakatan kita. Semoga.
    Terima kasih.
    Salam.

    Reply

  11. casrudi
    Nov 21, 2009 @ 19:46:17

    Assalamualaikum Kang Abdaz….
    Alhamdulillah, mugia nu marulih ti haji ayeuna pada janten haji mabrur sadayana… Manawi aya award ti simkuring, pami teu kagegelan tiasa dicandaknya… hatur nuhun…

    ——————————————————————–

    Wa’alaikumussalam,
    Mudah-mudahan we atuh sing jaranten haji anu mabrur sadayana.
    Wah, asa rareuwas, aya award naon ieu teh ?
    Urang teang atuh ah ………
    Nuhun pisan Kang.

    Reply

  12. Fitri
    Nov 21, 2009 @ 20:55:51

    Mabrur atau tidaknya haji kita tergantung oleh Allah. Yang saya dengar orang-orang yang tinggal jauh dari Arab dan kemudian datang ke Arab untuk melaksanakan haji, pahalanya jauh lebih besar ketimbang mereka yang tinggal di Arab dan melaksanakan haji. Karena orang-orang yang naik haji dari luar Arab butuh pengorbanan besar untuk bisa naik haji seperti butuh waktu mencari uang dengan kerja keras lalu mengumpulkan hingga mencukupi. Belum lagi harus membawa barang-barang dan mengurus administrasi.

    ———————————————————————————

    Dalam tulisan Prof. Nasaruddin di atas disebutkan bahwa haji mabrur itu mendapatkan penilaian khusus di sisi Allah SWT. Haji mambrur itu membutuhkan watak dan karakter individu yang andal dan konsisten ( istiqamah ). Dampak positif haji mabrur bukan hanya pada diri yang bersangkutan, tetapi juga di dalam masyarakat luas. Haji mabrur tidak diukur pada saat proses pelaksanaan haji, tetapi terutama seusai pelaksanaan haji itu sendiri. Apakah masyarakat sekitar, terutama keluarga, sudah merasakan vibrasi positif darinya. Dengan kata lain, apakah hajinya itu membawa kebaikan di masyarakat, khususnya di lingkungan terdekatnya.
    Mengenai pahala haji orang-orang yang tinggal jauh dari Arab akan lebih besar pahalanya, saya kurang tahu. Baru saat ini saya baca tentang hal itu. Yang jelas ketika Rasulullah SAW melaksanakan ibadah haji, beliau tinggal di Madinah, tidak jauh dari Baitullah.
    Terima kasih banyak .
    Salam.

    Reply

  13. cah ndeso
    Nov 21, 2009 @ 21:17:15

    Salam silaturahim dari Lereng Muria Pak 😀

    Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan kemudahan rizki bagi kita dalam menjalankan ibadah haji

    ———————————————————-

    Salam silaturahim kembali.
    Terima kasih atas kunjungannya. Semoga Allah memberikan kemudahan dalam segala hal dan kita tetap dalam ridha-Nya. Amin.
    Sekali lagi, terima kasih.
    Salam.

    Reply

  14. zipoer7
    Nov 22, 2009 @ 19:57:34

    Salam Takzim
    Selamat malam Pak Abdul Aziz, maap baru mendingan nih jadi lama tidak singgah untuk menghirup udara segar dirumah Bapak. Lewat postingan-postingan yang selalu sesuai dengan bula-bulan islami menjadikan blog bapak corong dalam menyuarakan Zulhijah, dalam artian binaan bapak menentramkan hati hati kami yang selalu berkecimpung dengan dosa- semoga udara dan teh malam ini menjadikan kesembuhan bagi saya sepenuhnya amin.
    Salam Takzim Batavusqu

    —————————————————————————

    Syukurlah Bang kalau sudah membaik. Semoga cepat pulih kembali dan bisa beraktivitas sebagaiman biasa. Tulisan-tulisan tentang haji ini hanya copy paste dari media lain, karena sangat baik untuk kita pelajari.
    Terima kasih .
    Salam buat keluarga semua.

    Reply

  15. meja belajar
    Oct 03, 2014 @ 14:58:11

    terimakasih semoga sukses selalu

    Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

IP
My Popularity (by popuri.us)
%d bloggers like this: