Meninggalkan Istana


Pengantar :
Artikel ini ditulis oleh Dr Haedar Nashir, Ketua Pimpinan Pusat  Muhammadiyah, dalam Refleksi harian Republika edisi hari ini, Ahad, 7 Februari 2010. Tulisan ini sangat menarik, karena itu terasa perlu untuk disajikan di sini. Bagaimana tanggapan Anda ?

***

ALI IBNU AL-MAKMUN AL-ABBAS adalah putra khalifah ternama Abdullah al-Makmun. Dalam usianya yang masih belia, dia termasuk putra mahkota dan sekaligus panglima perang yang tangguh. Dia tinggal di istana yang megah. Suatu kali, dari balkon istananya, sang pangeran melihat seorang tukang kayu yang bekerja keras sepanjang hari. Ketika waktu shalat tiba, si tukang kayu bergegas mengambil air wudhu dan menunaikan rukun Islam yang kedua itu dengan khusyuk.
Suatu kali, putra khalifah itu memanggil tukang kayu yang taat beribadah itu. Ditanyakanlah segala rupa kehidupannya. Berceritalah pekerja kasar itu bahwa dirinya berasal dari keluarga miskin. Dia memiliki tanggungan istri, dua saudara perempuan, dan ibunda yang harus dinafkahinya setiap hari. Dia tiap hari berpuasa di tengah pekerjaan kerasnya dan berbuka dari hasil pekerjaannya yang tak seberapa dengan keluarganya. Dia menjalani kehidupan apa adanya.

Pangeran al-Abbasi lalu bertanya, ”Apakah engkau mengeluh dengan keadaan seperti itu?”

Dijawabnya, ”Tidak. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” Sang pangeran tergetar hatinya menyaksikan kisah hidup si tukang kayu yang miskin, tetapi penuh kepasrahan itu. Akhirnya, putra al-Makmun itu pergi meninggalkan istana untuk menjalani hidup sebagai manusia biasa yang tak punya apa-apa hingga dia meninggal jauh dari kemegahan istana ayahnya.

Al-Makmun sendiri dikenal sebagai khalifah Abbasiyah yang tak haus kuasa. Dia tidak mau mewariskan kekuasaannya kepada anak-anaknya, kendati Ali Al-Abbas layak untuk melanjutkannya. Dia lebih menyerahkan kepemimpinan pada Al-Mu’tashim. Pandangan al-Makmun sangatlah bijak bahwa kekhalifahan bukan milik dirinya dan harus bersifat dinasti.

Dekonstruksi takhta

Muslim yang berpandangan qadariah tentu akan membalik sikap Ali al-Makmun itu. Sebaiknya, dia tetap di istana menjadi khalifah mengganti ayahnya untuk kemudian bekerja keras membangun negeri dan menyejahterakan rakyatnya. Termasuk, menyejahterakan tukang kayu yang miskin itu. Kekuasaan politik itu sangat penting dan strategis melebihi segalanya yang dapat dipakai untuk membangun dan memakmurkan bangsa.

Teori idealnya begitu. Tetapi, kenyataan sering berbanding terbalik. Tidak sedikit mereka yang semula mencita-citakan kebaikan untuk negerinya, setelah berkuasa, lupa daratan lupa lautan. Kekuasaan tidak untuk membangun bangsa dan negara, tetapi untuk menjayakan diri, keluarga, dan kroni-kroninya. Setelah berkuasa, dia malah sewenang-wenang, menyeleweng, dan korupsi dalam segala bentuk. Takhta tidak lagi untuk rakyat, tetapi untuk melanggengkan dinasti diri dan keluarganya. Alih-alih bekerja untuk bangsa, malah banyak mengeluh dan merajuk.

Ali al-Abbasi sekadar menjadi contoh tentang sikap melawan arus gila kuasa. Bukan semata ingin uzlah dari kekuasaan. Banyak sederet kisah hikmah sejenis ini. Para penguasa yang turun takhta dan meninggalkan istana untuk menjadi orang biasa hidup dalam kesahajaan bersama rakyat guna meraih sesuatu yang lebih berharga dan bermakna. Hal ini dilakukan ketika kekuasaan politik tak memberikan keutamaan dan kemuliaan dan ketika istana sekadar menjadi lambang kemegahan dan seribu satu nafsu kuasa yang tak pernah kenyang.

Pikiran praktis memang mengharuskan kekuasaan berkhidmat untuk rakyat. Namun, putra al-Makmun itu sesungguhnya memberikan hikmah tentang jalan makrifat yang mendekonstruksi kekuasaan duniawi. Jika tak akan menjadikan takhta sebagai jalan pengkhidmatan untuk Tuhan dan dunia kemanusiaan, jangan memaksakan diri menjadi penguasa, apalagi berambisi tak kenal henti. Ketika hendak meraih kekuasaan, memang selalu tampak mudah dan ideal. Tetapi, ketika kursi sudah digenggam, yang ada hanyalah asyik masyuk kuasa yang menyala-nyala. Kekuasaan yang setia mengabdi pada dirinya sendiri.

Sebelum menjadi penguasa dan politisi, ia berjanji manis di hadapan publik untuk berkhidmat bagi rakyat. Setelah terpilih, jauh panggang dari api karena sibuknya mengurus mobilitas diri. Gaji besar, fasilitas serbalengkap, dan mewah plus prestise tinggi tidak digunakan untuk sebesar-besarnya memperjuangkan nasib rakyat dan menjayakan negara. Sebaliknya, itu semua untuk kejayaan diri, anak, istri, kerabat, kroni, dan lingkungannya dalam sangkar besi politik dinasti.

Kekuasaan hanya untuk mengambil, bukan memberi. Politik pun itu mengejar takhta dan juga harta. Lalu, terjadi persenyawaan paling primitif. Takhta mendatangkan harta. Harta pun melipatgandakan kuasa. Akhirnya, para idealis pun berubah wajah setelah bermahkota dan bertumpuk harta menjadi pengejar nilai serbaguna yang lupa cita-cita. Apa pun yang mendatangkan kegunaan disambarnya demi melanggengkan kuasa dan tumpukan harta. Menjadi pemulung takhta dan harta yang tak berkesudahan di kala muda ataupun tua. Alha-kum at-takatsur, engkau berlomba-lomba saling memperbanyak kuasa dunia dan tak akan pernah berhenti sampai ajal memaksa tiba.

Raih keutamaan

Al-Abbas mirip Abduh dalam memandang kekuasaan. ”Aku berlindung dari politik dan apa-apa yang terkait dengannya,” begitulah ratap kecewa mujadid Muhammad Abduh setelah lelah terlibat dalam pergumulan politik dengan Jamaluddin Al-Afghani yang dihadapkan pada gelora tipu daya penguasa yang diusungnya bersama. Teologi tengahan tentu mengajarkan bagaimana menjadi berkuasa dan memberi maslahat bagi orang banyak. Hal yang satu ini tentu mulia untuk diamalkan karena dunia ini memerlukan orang-orang cerdas dan bijak untuk memakmurkannya.

Jika orang-orang alim tidak mau berkuasa, jangan salahkan orang zalim yang bertakhta. Begitulah pendapat Jalaluddin Rumi. Namun, masalah kekuasaan tidak selinier itu. Tidak sedikit orang-orang alim sering berubah perangai menjadi zalim atau lalai setelah berkuasa. Setelah bertakhta, mereka menjadi lupa cita-cita. Kekuasaan hanya memperbesar libido kuasa yang bersarang dalam dirinya untuk terus menjadi sosok berkuasa. Kursi kuasa pun tak memberinya makna, apalagi hikmah bagi kehidupan. Itulah paradoks kekuasaan.

Al-Abbas dan Abduh sebenarnya sedang mengajarkan dunia lain, yakni keutamaan hidup, al-fadhilah fi al-hayat. Baik memangku maupun tidak memangku takhta bagaimana mewujudkan nilai-nilai utama dalam hidup. Kejujuran, kesahajaan, kebaikan, keadilan, amanah, kesatriaan, kecerdasan, kearifan, dan nilai-nilai utama lainnya. Nilai utama lain yang tak kalah pentingnya ialah sikap qana’ah atau cukup dengan yang dimiliki secara halal dan baik. Sekaligus tidak terjebak pada sikap tak pernah kenyang alias serakah.
Keserakahan adalah bentuk ghulul (ekstrem) dalam hidup. Jika memperoleh amanah, tunaikan sepenuh pengabdian. Tapi, jangan berperangai tak pernah kenyang dengan kedudukan, apalagi yang tak memberi kemaslahatan.

Ali al-Abbas mengajarkan hikmah mendekonstruksi nafsu serakah dalam kekuasaan. Sikap cinta kuasa (love of power) tak kenal henti. Seluruh ruang hidup dihabiskan untuk mengejar takhta dan kemegahan istana, baik formal maupun kuasa sosial. Putra al-Makmun itu telah membanting harga kuasa politik ke titik terendah. Jangankan takhta yang biasa, bahkan istana megah pun dia tinggalkan tanpa rasa sungkan. Inilah sosok manusia merdeka yang berhasil keluar dari jeratan ta-lih ‘an al-siyasiyah, menuhankan segala kuasa politik. Persis ketika Ibrahim menghancurkan seluruh berhala dan menyisakan satu untuk digantungi kapak di lehernya sebagai bentuk dekonstruksi segala berhala kehidupan yang sering membelenggu manusia dan melupakan Tuhannya.

Logika syukur tentu perlu dihadirkan. Selagi Tuhan masih memberi takhta dunia, gunakanlah mandat itu dengan sepenuh hati dan kesungguhan ikhtiar yang optimal. Jangan seperti kerbau kekenyangan, apalagi menjadi rubah yang selalu lapar kuasa. Percayalah, kekuasaan itu ada batasnya. Begitu pula jalan hidup, pasti ada terminal akhir. Selagi Tuhan masih memberi kesempatan, berkhidmatlah sepenuh jiwa raga. Namun, manakala tak membuahkan rahmat, apalagi banyak mengundang fitnah, tak ada salahnya menentukan stasiun terakhir dalam rihlah kuasa di ranah mana pun. Apalah artinya kuasa dan istana manakala tak memberi makna bagi kehidupan orang banyak. Itu malah menjadi gunjingan khalayak. Bila perlu, hidup tanpa mahkota laksana resi untuk menjadi pencerah umat manusia nan sejati.

Gambar © Google

Posted by Abdul Aziz on February 7, 2010 | 23:52

53 Comments (+add yours?)

  1. chokey
    Feb 08, 2010 @ 10:23:44

    Allahumaj’al Dunnya fi Yadayya wa laa Taj’ali ddunnya fi qolbi kira-kira begitu bunyi sebuah do’a.
    Kalau tidak salah tulis artinya adalah doa yang memhon agar dunia itu hanya berada di tangan tapi bukan di hati.
    Sangat berrmanfaat postnya mas..salam hangat selalu

    ——————————————————————————————

    Betul sekali mas, dengan doa tersebut dimaksudkan agar kehidupan dunia yang merupakan amanah ini tidak menjadi sesuatu yang membelenggu kita. Hati kita tidak tenggelam dalam kehidupan duniawi, tetap qanaah, zuhud, dan penuh rasa syukur.
    Dengan demikian kebahagiaan hakiki , insya Allah, dapat kita raih.
    Terima kasih Mas atas sharenya.
    Salam dan semoga sukses.

    Reply

  2. yoanns
    Feb 08, 2010 @ 12:35:42

    postingnya sangat menarik.., sekarang ini kita tidak bisa lagi mencari pemimpin seperti; Ali Ibnu al-Makmun al-Abbas yang bisa mendengarkan suara rakyatnya, dan tak rakus dengan kekuasaan. berbeda dengan zaman sekarang. rakyat hanya diperbudak oleh pemerintah, dan selalu ingin menjadi pemimpin. hal ini bisa di lihat jika masih ada kesempatan untuk maju memjadi pemimpin ia akan maju, walau ia sebelumnya sudah dinilai gagal dalam kepemimpinannya.

    ——————————————————————————–

    Begitulah Mas, apa pun akan dilakukan yang penting bisa mengantarkannya ke puncak keinginananya. Menjilat ke atas, menginjak-injak yang di bawah, dan menyikut yang di sampingnya. Dan kalau dudah duduk, lupa berdiri, ingin tetap berkuasa.
    Terima kasih atas kehadirannya dan berbagi di sini.

    Reply

  3. cantigi™
    Feb 08, 2010 @ 13:07:37

    bener kang, keikhlasan, kesabaran, ketafakuran, sampe sekarangpun sy msh jg blm cukup2 pengetahuan tentang ini. makin di telusuri, makin dalam maknanya.
    semoga kita tetap diingatkan bahwa semua yg ada saat ini di kita hanya titipan, semoga jg yg sering & sudah lupa segera diingatkan ya kang, artikelnya bikin adem ini… ^^

    ————————————————————————————

    Ya Kang, mudah-mudahan kita bisa mengarungi kehidupan yang fana ini sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Kita berharap semoga kita selalu ingat kepada Allah. “Sesungguhnya kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.” ( Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun ).

    Terima kasih Kang.
    Salam buat keluarga di Cimahi.

    Reply

    • bluethunderheart
      Feb 08, 2010 @ 19:04:47

      apalagi blue yg notabennya bukan bidangnya but blue setuju dengan comandnya kang cantigi
      salam hangat dari blue

      —————————————————————————————–

      Terima kasih blue, semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah dan mendapat ridha-Nya. Amin.

      Salam hangat juga buat blue.

      Reply

  4. Dan (TlsnKhdpn)
    Feb 08, 2010 @ 16:53:33

    Gila kekuasaan tak hanya menjagkiti orang-orang yang sedang menduduki kekuasaan saja, tapi juga terjadi pada rakyat yang sedang berambisi menginginkan kekuasaan, pada kelompok2 yg ingin mengambil alih kekuasaan, pada para demonstran yang suka menghujat penguasa, dan pada para pemuja hawa nafsu.

    Semoga ALLAH menyelamatkan kita dari hal itu dan memberi kita hidayah untuk meraih kemuliaan tertinggi menurut ALLAH, yaitu TAQWA kepada ALLAH, dimana kenikmatannya takkan dapat direbut oleh para raja.

    ———————————————————————————–

    Dalam konsep kepemimpinan Islam , antara pemimpin ( imam ) dan yang dipimpin (ma’mum) memiliki kewajiban dan hak masing-masing. Imam bukan seorang otoritarian dan ma’mum tidak boleh “memberontak”. Juga tidak boleh meminta-minta jabatan, apa lagi bila tidak memenuhi syarat, atau juga dengan menghalalkan berbagai cara. Tapi bila diberi amanah harus diterima dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.

    Kekuasaan seharusnya menjadi jalan bagi sang penguasa untuk memberikan yang terbaik bagi rakyatnya. Karena sebaik-baik orang — dalam ajaran agama kita — adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain.

    Terima kasih Mas sudah berbagi di sini.
    Salam

    Reply

  5. UmuKamilah
    Feb 08, 2010 @ 16:54:22

    Subhanallah. saya pernah membaca kisah sejarah ini. Dan setiap tindakan dipilih oleh pelakunya, tentu, dengan alasan tertentu yang hanya diketahui oleh yang bersangkutan. Apapun itu, itu adalah sebuah kebajikan, dan sangat indah jika jiwa sederhana itu dimiliki oleh pemuda masa kini.

    ——————————————————————————-

    Setiap tindakan yang dilakukan seseorang dengan niat yang baik akan mendapat penilaian tersendiri dari Allah. Selama seseorang itu disinari dengan cahaya-Nya, ia akan tetap di jalan yang diridhai-Nya.

    Semoga kita semua senantiasa dalam naungan nur ilahi. Amin.
    Terima kasih banyak Bu.
    Salam untuk seluruh keluarga di Samarinda.

    Reply

  6. dafiDRiau
    Feb 08, 2010 @ 22:40:27

    Assalamualaikum Wr Wb.
    Tks atas kunjungannya pak, saya sudah pasang link blog bapak pada thanks 4 link

    ————————————————————————————-

    Wa’alaikumussalam wr.wb.
    Terima kasih kembali. Link Anda pun sudah terpasang di Halaman Links.

    Reply

  7. roffywibowo
    Feb 08, 2010 @ 23:15:52

    assalamualaikum Wr Wb,
    Tks atas kunjungannya pak, saya sudah pasang link blog bapak pada thanks

    —————————————————————–

    Wa’alaikumussalam wr. wb.

    Terima kasih atas kunjungannya dan tautan linknya. Link Anda pun sudah dipasang di sini.

    Reply

  8. sedjatee
    Feb 09, 2010 @ 07:22:41

    sangat mengena.. kekuasaan adalah amanah… kekuasaan adalah alat untuk mensejahterakan umat, bukan untuk memperkaya diri dan memperkuat kroni.. semoga kisah ini bisa menjadi teladan para pemimpin…

    sedj

    ———————————————————————————

    Mudah-mudahan kita juga berharap bisa memimpin dengan baik , minimal memimpin diri sendiri dan keluarga. Dan itu juga amanah yang berat, apa lagi harus memimpin yang skalanya lebih besar.
    Penguasa sekarang, mungkin sudah kehilangan keikhlasan, tanggung jawab, dan sudah lupa bahwa kepemimpinan itu juga merupakan amanah dari Allah.
    Terima kasih banyak Mas sudah berbagi di sini.
    Salam

    Reply

  9. bundadontworry
    Feb 09, 2010 @ 09:44:19

    terima kasih Pak Aziz utk tulisan yg sangat inspiratif ini.
    Semoga kita dapat menyadari bahwa dunia ini hanya sementara dan hanya berada di tangan saja, bukan di hati, krn di hati itu adalah tempatnya takwa.
    salam.
    ——————————————————————————————-

    Ya, tepat Bu. Kehidupan dunia ini harus di tangan kita, dalam genggaman kita, bukan sebaliknya, kita malah terbelenggu oleh kehidupan dunia dan hati tercemarinya.
    Terima kasih.
    Salam.

    Reply

  10. darahbiroe
    Feb 09, 2010 @ 12:35:45

    assalamualaikum

    tulisan yang sangat bermanfaat dan membuat kita kembali ingat dan sellu ingat akan tuhan

    berkunjung n ditunggu kunjungn baliknya hehhe makasih 😀
    ————————————————————————–

    Wa’alaikumussalam,
    Semoga senantiasa kita bisa mengingat-Nya di mana pun dalam keadaan bagaimana pun.
    Terima kasih.

    Reply

  11. Riyanti
    Feb 09, 2010 @ 14:11:41

    blogwalking….
    pakde mo nanyak nich, itu kan ada forum`e konsultasi agama, bebas topic ea ttg apa? ttg fiqih bs boleh ndak konsultasi?tanyak gt mksde…
    sblme matur tengkyu ea…

    salam sayank

    ———————————————————————————–

    Duh maaf sekali , Konsultasi Agama ini hanya menyajikan tanya jawab yang sebelumnya sudah dimuat di media lain. Tapi dikarenakan keterbatasan waktu, baru bisa menyajikan tanya jawab tentang ibadah haji. Tanya jawab yang diasuh oleh HM Cholil Nafis, MA ini sebelumnya sudah dimuat di harian Kompas pada musim haji tahun 2008 lalu.
    Insya Allah pada waktu yang akan datang disajikan tanya jawab tentang masalah lain, seperti zakat atau puasa. Dan dijawab oleh ahlinya, bukan saya.
    Saya sampai saat ini belum / tidak mampu untuk menjadi konsultan dalam ajaran dan pemikiran agama.
    Terima kasih atas perhatiannya.
    Salam

    Reply

    • Riyanti
      Feb 11, 2010 @ 18:10:46

      oowgh begitu ea…okey dech sebelumnya makasih ea.
      eh iya ada yg lupa, aku bukan orang sunda pakde, orang kediri aja ^^ hehehe jauh ea 😀

      gud luck ea..

      salam sayank

      ———————————————————————————-

      Terima kasih ya, saya menanyakan asal-usul Yanti hanya sekedar ingin tahu saja. Karena saya kalau dengan orang Sunda suka menggunakan bahasa campur Sunda – Indonesia. Sebab banyak orang yang suka melupakan bahasa daerahnya sendiri. Sama sekali tidak ada maksud kesukuan.

      Thx

      Reply

  12. joko santoso
    Feb 09, 2010 @ 14:51:22

    kekuasaan memang bukan segalanya, masih ada Allah yang menguasai alam semesta. dan kekuasaan tidak dibawa ke liang kubur

    ———————————————————————————-

    Kekuasaan itu adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di dunia dan di akhirat kelak. Kekuasaan yang dimiliki seseorang harus didedikasikan untuk kepentingan rakyat.
    Terima kasih Mas sudah mampir .
    Salam

    Reply

  13. mahardhika
    Feb 09, 2010 @ 16:55:04

    wow…Subahanallah, kapan lagi ya ada seseorang layaknya Ali Ibnu al-Makmun al-Abbas, masikah ada??
    yg ada malah bnyknya pemimpin yg makin memperkaya diri dan tidak memperdulikan rakyatnya 😦
    terimaksi pak azis atas artikelnya,,

    ——————————————————————————-

    Kita berharap masih banyak orang yang bisa memimpin dengan keikhlasan dan penuh tanggung jawab. Memimpin untuk kepentingan rakyat, bukan untuk dirinya , keluarga atau kroninya saja.

    Terima kasih .
    Salam.

    Reply

  14. andra
    Feb 09, 2010 @ 21:01:58

    halo… salam kenal ya kawan

    ———————————————————————

    Halo, salam kenal kembali.
    Terima kasih atas kedatangannya.

    Reply

  15. didot
    Feb 10, 2010 @ 00:08:13

    kunjungan perdana ,saya suka blog2 islami,insya Allah akan saya baca2 artikel2nya disini… terimakasih atas kunjungannya ya mas.

    ————————————————————————————–

    Terima kasih atas kunjungannya. Alhamdulillah, saya bersyukur kalau ada artkel yang bermanfaat di sini.
    Saya juga senang dengan gaya dakwah Mas Hadi yang sangat inspiratif.
    Terima kasih.
    Salam.

    Reply

  16. Sawali Tuhusetya
    Feb 10, 2010 @ 02:24:55

    sebuah refleksi yang menarik dan mencerahkan, mas azis. semoga ini dibaca oleh kaum elite kita yang tak henti2nya gontok2an demi mempertahankan tahta, istana, dan kekuasaan. ternyata tdk mudah utk menemukan penguasa yang benar2 amanah.

    —————————————————————————

    Memang sulit juga sekarang kalau mencari penguasa yang betul-betul ikhlas ingin mengabdi bagi bangsanya. Dari awal juga sudah sangat kasat mata mereka melakukan berbagai upaya yang tidak benar dalam meraih kekuasaannya.
    Dan setelah berkuasa mereka hanya ingin menikmati kekuasaan untuk diri dan kroninya.
    Terima kasih.

    Reply

  17. dykapede
    Feb 10, 2010 @ 18:01:07

    Kunjungan disore hari, menantikan kedatangan warna kehidupan berubah menjadi gelap penuh dengan keindahan, salam D3pd…untuk mengunjungi istananya…

    ———————————————————————————————–

    Terima kasih Mas atas kunjungannya.
    Semoga sukses dalam mengarungi perjuangan hidup ini.
    Salam

    Reply

  18. casrudi
    Feb 10, 2010 @ 18:06:49

    Apalah artinya kuasa dan istana manakala tak memberi makna bagi kehidupan orang banyak. Itu malah menjadi gunjingan khalayak. Bila perlu, hidup tanpa mahkota laksana resi untuk menjadi pencerah umat manusia nan sejati.

    Leres pisan Kang… Indah bener kata-katanya….

    ——————————————————————————————-

    Ya, Kang. Kata Nabi SAW, kita ini semua adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. Memang kita ini seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri.
    Bagaimana kalau memimpin 200 juta lebih rakyat dengan tidak amanah ? wah dosa terhadap ratusan juta rakyat, tak terbayangkan.

    Hatur nuhun pisan Kang tos rurumpaheun ngalongok ka dieu.
    Salam

    Reply

  19. casrudi
    Feb 10, 2010 @ 18:12:51

    Saur urang sunda mah “Nu batur hayang ku dewek, nu dewek komo deui beuki dikeukeuweuk”… potret manusa sarakah… Ketika diberi kesempatan jadi penguasa sarakah na tambah kabina-bina… Astagfirulloh…

    ———————————————————————————

    Maklum kekuasaan itu kan sementara, karena itu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, yaitu untuk melapiaskan nafsu serakahnya. Nu penting dewek, batur mah sabodo teuing.
    Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun

    Reply

  20. casrudi
    Feb 10, 2010 @ 18:14:55

    Hatur nuhun pencerahanna… Salam baktos Kanggo Kang Abdaz sareng kulawargi… Punten bade uih heula nyaa… Manggaaa……..

    —————————————————————————

    Sami-sami Kang. Ku naon enggal-anggalan, tos lami teu pajonghok.
    Nuhun kana kasumpingannana.
    Salam baktos ka sadayana.

    Reply

  21. M Mursyid PW
    Feb 10, 2010 @ 20:05:45

    Kekuasaan yang diraih dengan menghalalkan berbagai macam cara bagaimana mungkin menghasilkan kebaikan. Semoga mereka yang hingga saat ini masih silau dengan harta segera memperoleh hidayah.

    ————————————————————————————-

    Betul Pak, jangankan untuk memperkaya diri, untuk tujuan baik pun harus dilakukan dengan cara-cara yang benar. Tentu kita berharap semoga Allah melimpahkan hidayah kepada kita semua sehingga bisa memperbaiki diri.
    Terima kasih.

    Reply

  22. sns
    Feb 10, 2010 @ 22:22:23

    ingat tahta, wanita, harta godaan umat manusia di dunia siapa yang bisa mengendalikan, insya alloh akan menuai kebahagiaan lahir batin

    ———————————————————————————-

    Hanya keimanan yang kokoh kepada Allah SWT yang bisa mengendalikannya. Keimanan itu kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, insya Allah rahmat dan ridha-Nya bisa kita raih.
    Terima kasih.

    Reply

  23. roffywibowo
    Feb 11, 2010 @ 09:11:28

    kang maw coment sedikit ne, aq boleh minta g kisi2 untuk membangun rumah tangga yang sakinah,mawadah,warohmah? mohon bantuanya ya kang….

    ———————————————————————————————-

    Wah kalau harus menjelaskan seluk-belum membina rumahtangga mungkin akan panjang. Tapi ada pernyataan Nabi SAW, redaksi persisnya saya lupa, bahwa yang harus dijadikan pertimbangan paling utama adalah agama calon pasangan kita. Bagaimana pemahaman agamanya, sejauh mana ia menghayati nilai-nilai agama, dan bagaimana kehidupan keberagamaannya sehari-hari.

    Kalau agama ini dijadikan faktor yang paling penting, tentu karena implikasinya akan termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kasih sayangnya, akhlaknya, tanggungjawabnya, etos kerjanya. Semua itu akan memberikan akses yang besar bagi terciptanya keluarga bahagia, keluarga yang diridhai-Nya.

    Mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan. Saya mohon maaf tidak bisa memberikan penjelasan yang detail, karena saya bukan seorang konsultan keluarga.

    Terima kasih.
    Salam.

    Reply

  24. nurhayadi
    Feb 11, 2010 @ 14:19:30

    Kekusaan memang dekat dengan ujian, dan banyak orang yang tak mampu lulus dengan ujian ini.

    ———————————————————————————–

    Begitulah , tepatlah apa yang dikatakan Lord Acton :
    Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely. ( Lord Acton, Letter to Bishop Mandell Creighton, 1887).

    Terima kasih.
    Salam

    Reply

  25. arif
    Feb 11, 2010 @ 14:24:25

    numpang menyimak membaca utk meraih ilmuNya pak 😀

    ————————————————————————————

    Silahkan Mas, mudah-mudahan ada sesuatu yang bisa diambil manfaatnya.
    Terima kasih.
    Salam.

    Reply

  26. jalandakwahbersama
    Feb 11, 2010 @ 17:33:27

    Assalamu’alaikum, segala sesuatu didunia ini hanya sementara, hanya ujian, jangan sampai kita tertipu dengan gemerlapnya, kehidupan akhiratlah yang abadi. (Dewi Yana)

    ——————————————————————————————-

    Wa’alaikumussalam,
    Tepat Bu, hidup yang hanya sementara ini penuh dengan ujian. Dan setiap oramg beriman senantiasa akan diuji oleh Allah. Kita sering lupa bahwa kehidupan ahirat lebih baik dari pada kehidupan dunia ( QS Adh Dhuha [93] : 4).

    Terima kasih.
    Salam

    Reply

  27. Rindu
    Feb 11, 2010 @ 21:44:15

    Saya jadi ingat sahabat saya yang meninggalkan istananya dan masuk pesantren untuk mencari ALLAH dengan khusu.

    ———————————————————————————

    Semoga ia menemukan-Nya. Amin.
    Thx.

    Reply

  28. Dangstars
    Feb 12, 2010 @ 08:52:01

    Terimakasih Pak atas .penuturannya
    Tambah ilmu nih
    Wassalam 😛

    ————————————————————————————-

    Terima kasih kembali, semoga ada manfaatnya.
    Salam.

    Reply

  29. Vulkanis
    Feb 12, 2010 @ 08:56:21

    Salam sukses selalu Pak..
    Terimakasih atas artikelnya Pak,mantap

    —————————————————————————

    Terima kasih sudah mampir di sini.
    Semoga sukses dengan segala aktivitasnya. Amin.
    Salam.

    Reply

  30. Catur Ariadi
    Feb 12, 2010 @ 09:32:29

    seandainya saja di Indonesia ada yang seperti itu, tidak haus kekuasaan, tidak rakus akan harta pastilah negeri ini jaya…

    semoga saja ada pemimpin yang seperti itu dikemudian hari untuk memimpin Indonesia

    ————————————————————————————

    Mudah-mudahan pemimpin yang pro-rakyat lahir di negeri ini.
    Terima kasih.
    Salam

    Reply

  31. Dan (TlsnKhdpn)
    Feb 12, 2010 @ 10:27:54

    saya juga pernah baca ada seorang Istri dan anaknya yang meninggalkan kekuasaan Istana suaminya yang diangkat jadi Penmimpin, dan memilih hidup sederhana dan beribadah kepada ALLAH dengan baik dan zuhud. Anaknya yang menjadi seorang pemuda itu hanya bekerja seadanya dan menggunakan hidupnya tuk beribadah pada ALLAH.

    ———————————————————————————–

    Kekuasaan, jabatan, dan kekayaan merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah. Bila tidak sanggup diuji seperti itu lebih baik ia melepaskan semuanya itu dan menikmati kehidupan sederhana yang lebih baik.

    Terima kasih.
    Salam.

    Reply

  32. Hary4n4
    Feb 12, 2010 @ 11:14:43

    Sebenarnya, dgn memegang kekuasaan..akan lebih banyak yg bisa dilakukan. Misalnya, utk membantu mereka2 yg nasibnya masih jauh dari kemapanan. Namun kadang gemerlap dunia menjadikan lupanya tujuan utama dan mulia tersebut. Semoga jiwa2 para pemimpin kita, mau dan bisa menerima pencerahan dariNya. Agar mampu membimbing serta membawa umat ke jalan kehidupan yg lebih baik.
    Salam hangat dan damai selalu..

    ————————————————————————————————

    Benar sekali, kekuasaan itu akan lebih banyak memberikan kesempatan untuk lebih mengabdikan dirinya untuk rakyat. Tapi kalau ia tidak sanggup, karena tidak memiliki kapasitas dan diragukan keikhlasannya, pilihan yang paling tepat adalah memberikan kesempatan kepada yang lebih amanah, kapabel, dan bertanggungjawab .

    Terima kasih.
    Salam.

    Reply

  33. ilyasafsoh.com
    Feb 12, 2010 @ 20:34:48

    Insyaallah, kebaikanmembawa kepda kebaikan.

    berbagi artikel ini sangat bermanfaat untuk memperluas wawasan
    🙂

    http://ipiems.com

    —————————————————————————————

    Terima kasih Mas, mudah-mudahan bermanfaat.
    Salam.

    Reply

  34. Febri
    Feb 12, 2010 @ 21:50:00

    Berkunjung balik…

    —————————————————————-

    Susah ya Mas, masuk ke Catatan Harian Febri.

    Reply

  35. yusami
    Feb 13, 2010 @ 06:39:49

    mudah-mudahan para pemimpin bangsa kita dapat mengambil hikmah dari penuturan ini, Amin.

    ————————————————————————————————–

    Ya, semoga para pemimpin bangsa kita ini semakin bisa memaknai arti sebuah kepemimpinan dan kekuasaan. Mudah-mudahan mereka semakin lebih memiliki amanah dan tanggung jawab untuk Indonesia yang lebih baik.

    Terima kasih.
    Salam dari Cianjur

    Reply

  36. Ruang Hati
    Feb 13, 2010 @ 12:31:30

    Salam sehat buat sahabatku, semoga di akhir pekan ini senantiasa diberikan kebahagiaan, cinta dan kedamaian selalu

    Salam hangat dari ruanghati yang terdalam

    ——————————————————————————————-

    Amin .Semoga Allah mengabulkan doa sahabatku ini.
    Mudah-mudahan kita tetap dalam kasih dan lindungan-Nya.

    Terima kasih.
    Salam

    Reply

  37. dykapede
    Feb 13, 2010 @ 19:53:49

    Have a nice day, undangan penuh kebahagiaan di hari yang ke-56 Ayah tercinta, salam D3pd 😀

    —————————————————————————————————

    Assalamu’alaikum,

    Semoga usia yang sudah dijalani dan akan dijalani selanjutnya terisi dengan nilai-nilai luhur yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Dengan bertambah usia , semoga tidak kehilangan semangat untuk mengabdi kepada kemanuiaaan, karena manusia terbaik, menurut Rasulullah SAW, adalah yang paling banyak memberi manfaat begi orang lain.

    Semoga rahmat Allah selalu terlimpah kepada keluarga Anda.
    Salam untuk Ayahanda sekeluarga.

    Reply

  38. Dan (TlsnKhdpn)
    Feb 13, 2010 @ 22:54:24

    Semoga Allah selalu memberi kita Hidayah-Nya bagaimanapun keadaan dunia kita.

    Dan Pamit Dulu Entah Sampai Kapan

    ———————————————————————————————

    Assalamu’alaikum,

    Sebuah pilihan yang tepat, tapi dunia maya ini tidak boleh ditinggal sama sekali. Karena dunia maya ini juga bagian dari kehidupan nyata. Bagaimana pun kita harus menentukan, mana yang harus diprioritaskan. Semoga sukses.

    Selama ini saya senang sekali dengan masukan-masukan, kririk dan saran-saran dari Anda. Saya tunggu kehadiran Anda kembali di jagat maya ini.

    God bless U.
    Salam

    Reply

  39. abifasya
    Feb 14, 2010 @ 23:23:32

    Assalamu ‘Alaikum
    Selamat Malam Sahabat, Mohon maaf baru sempat bershilaturrahmi lagi, beberapa hari ini gak bisa kemana-mana. Ada pekerjaan kejar tayang yang memerlukan perhatian khusus.
    Salam persahabatn slalu dari Kota Hujan.
    Mohon Maaf belum bisa komen, hanya sekedar berkunjung.

    Salaaaam

    ———————————————————————————————

    Wa’alaikumussalam,

    Selamat malam, semoga pekerjaannya cepat selesai dengan baik.

    Terima kasih sudah menyempatkan hadir di sini.
    Saya juga tidak bisa ke mana-mana, up date pun sering telat, paling-paling hanya menanggapi komentar saja.

    Semoga sukses dengan segala aktivitasnya.
    Salam buat seluruh keluarga

    Reply

  40. dedekusn
    Feb 14, 2010 @ 23:35:18

    Dengan selalu mensyukuri nikmat-Nya, meninggalkan apapun selama tidak meninggalkan ibadah yang siyari’atkan Allah akan ikhlas.

    ————————————————————————————

    Beribadah kepada Allah merupakan perwujudan dari rasa syukur kita. Dan sebenarnya ibadah itu bukan untuk kepentingan Allah, tapi justru untuk kita.
    Allah tidak membutuhkan ibadah kita, tapi kitalah yang membutuhkan-Nya.

    Terima kasih Kang.
    Salam buat keluarga di Ciamis

    Reply

  41. Mas Ben
    Feb 17, 2010 @ 10:15:04

    Sesungguhnya Tuhan YME telah menganugerahkan bakat dan hasrat untuk memperbaiki hidup kepada setiap umatNya. Bukan berpasrah mutlak pada keadaan yang dikehendaki Tuhan, melainkan berpasrah dengan karunia yang ada untuk tetap memuliakan Tuhan dengan perbuatan baik dan amal, sehingga Tuhan pun akan melanggengkan dan melipatgandakan rizkinya 🙂

    Salam bentoelisan
    Mas Ben
    ———————————————————————————————–

    Betul Mas Ben, hidup ini harus dijalani dengan segala kemampuan kita. Dengan tulus kita mengabdikan diri untuk kepentingan umat. Bila telah berusaha seoptimal mungkin, dengan kerja dan doa, hasilnya tidak seperti yang diharapkan, kita berserah diri kepada-Nya.

    Terima kasih banyak atas masukannya.
    Salam.

    Reply

  42. BaNi MusTajaB
    Feb 27, 2010 @ 04:26:13

    kisah-kisah yang dapat membangkitkan kesadaran kita

    —————————————————————————

    Semoga membuat kita semakin sadar. Amin.
    Terima kasih.

    Reply

  43. endy pandu nugroho
    Apr 06, 2010 @ 09:29:29

    i like the name of this khalifah abdullah Al-Makmun.
    i use this name for my son

    ————————————————————

    Rasulullah SAW pernah menyatakan kepada seseorang untuk memberikan nama yang baik bagi anaknya. Dengan nama itu ia akan dipanggil pada hari kiamat nanti.

    Nama bukan hanya sekedar untuk membedakan seseorang. Pada sebuah nama ada harapan dan doa orang tua untuk anak. Nama juga berfungsi untuk dapat menunjukkan identitas seseorang, bahkan aqidah. Secara psikologis nama juga akan berpengaruh pada konsep diri seseorang. Secara tidak sadar seseorang akan didorong untuk memenuhi citra yang terkandung dalam namanya.

    Abdullah Al-Makmun, sebuah nama yang baik, ia berarti Hamba Allah yang Terpercaya.

    Terima kasih.
    Salam dari Cianjur

    Reply

  44. JOB CAREER VACANCY
    Apr 14, 2010 @ 22:22:01

    Salam Kenal, artikelnya memberi pencerahan pada kami Dapatkan informasi lowongan pekerjaan terbaru di informasi lowongan kerja

    ————————————————-

    Terima kasih atas kunjungan dan informasinya.

    Reply

  45. jabon
    Apr 30, 2010 @ 18:41:59

    pengen tahu kelanjutan ceritanya…
    ————————————————————————-

    Ia hidup dalam kesederhanaan. Ia meninggalkan istana untuk menunjukkan menentang arus gila kuasa. Walaupun sebenarnya ia lebih baik tetap saja di istana dan memimpin negara dengan lebih baik untuk mensejahterakan rakyat, termasuk tukang kayu yang miskin itu.

    Terima kasih.

    Reply

  46. jabon
    Jul 15, 2010 @ 15:42:34

    enak banget baca artikelnya, pikiran jadi tenang

    ———————————————-

    Terima kasih. Semoga bermanfaat.
    Salam

    Reply

  47. Cupie World
    Dec 06, 2010 @ 22:37:05

    Ia hidup dalam kesederhanaan. Ia meninggalkan istana untuk menunjukkan menentang arus gila kuasa. Walaupun sebenarnya ia lebih baik tetap saja di istana dan memimpin negara dengan lebih baik untuk mensejahterakan rakyat, termasuk tukang kayu yang miskin itu.

    Terima kasih.

    Reply

  48. pRistasiana
    Dec 29, 2010 @ 10:34:42

    Sesungguhnya Tuhan YME telah menganugerahkan bakat dan hasrat untuk memperbaiki hidup kepada setiap umatNya. Bukan berpasrah mutlak pada keadaan yang dikehendaki Tuhan, melainkan berpasrah dengan karunia yang ada untuk tetap memuliakan Tuhan dengan perbuatan baik dan amal, sehingga Tuhan pun akan melanggengkan dan melipatgandakan rizkinya

    Reply

  49. Mediasiana
    Apr 10, 2011 @ 11:14:11

    postingnya sangat menarik.., sekarang ini kita tidak bisa lagi mencari pemimpin seperti; Ali Ibnu al-Makmun al-Abbas yang bisa mendengarkan suara rakyatnya, dan tak rakus dengan kekuasaan. berbeda dengan zaman sekarang. rakyat hanya diperbudak oleh pemerintah, dan selalu ingin menjadi pemimpin. hal ini bisa di lihat jika masih ada kesempatan untuk maju memjadi pemimpin ia akan maju, walau ia sebelumnya sudah dinilai gagal dalam kepemimpinannya.

    Reply

  50. Robuster
    Apr 30, 2011 @ 08:57:27

    Dengan selalu mensyukuri nikmat-Nya, meninggalkan apapun selama tidak meninggalkan ibadah yang siyari’atkan Allah akan ikhlas.

    Reply

  51. Tivisiana
    May 20, 2011 @ 12:45:15

    Assalamu ‘Alaikum
    Selamat Malam Sahabat, Mohon maaf baru sempat bershilaturrahmi lagi, beberapa hari ini gak bisa kemana-mana. Ada pekerjaan kejar tayang yang memerlukan perhatian khusus.
    Salam persahabatn slalu dari Kota Hujan.
    Mohon Maaf belum bisa komen, hanya sekedar berkunjung.

    Salaaaam

    Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

IP
My Popularity (by popuri.us)
%d bloggers like this: