SEPANJANG sejarah kehidupan, manusia akan selalu diliputi keprihatinan. Keprihatinan akan dirinya sendiri, keluarganya, orang-orang terkasihnya, atau saudara-saudara seimannya. Terlepas apakah seseorang itu memiliki kelebihan atau kekurangan tertentu, keprihatinan terhadap sesuatu pasti dirasakannya.
Seseorang mungkin akan memiliki keprihatinan terhadap kebutuhan pangan dan kebutuhan pokok lainnya, ada juga yang memiliki keprihatainan terhadap keberagamaannya, keprihatinan akan berbuat dosa, atau keprihatinan terhadap usianya.
Setiap orang, dari anak-anak sampai yang berusia lanjut memiliki keprihatinan tersendiri, walaupun seseorang itu peduli atau tidak terhadap keprihatinan yang seharusnya ia rasakan. Ada orang yang masa bodoh terhadap dirinya, masa depannya, dan lingkungan kehidupan sosialnya. Sebaliknya banyak orang yang begitu peduli terhadap sesuatu yang menjadi keprihatinan orang lain, bahkan kurang memperdulikan dirinya sendiri.
Semua keprihatinan itu tentu harus disikapi dengan sebaik-baiknya, dengan berbagai upaya yang cerdas, bijak, tidak menyimpang dari nilai-nilai agama, berserah diri kepada Allah ( tawakal ), dan tanpa keputusasaan.
Karena keprihatinan tidak lulus Ujian Nasional, misalnya, sebanyak puluhan siswa SMA dipimpin guru mereka berdoa di kuburan wali sebagai wasilah dan syafaat agar permohonan lulus ujian dikabulkan. Padahal, kata Nabi SAW, satu-satunya tujuan ziarah kubur hanyalah untuk mengingatkan kita kepada kematian.
Ada juga kebodohan lain yang dilakukan siswa SMP menjelang ujian ini, yaitu membawa pensil yang akan dipakai saat ujian kepada kiai untuk didoakan agar siswa diberi ketajaman hati dan pikir. Keprihatinan siswa, guru, dan orang tua ini justru melahirkan keprihatianan baru bagi kita sebagai umat Muslim.
Salah satu hal yang selalu menjadi keprihatinan setiap orang dari dulu , sekarang, dan di masa yang akan datang adalah masalah kebutuhan pangan bagi keluarganya. Karena tanpa terpenuhinya kebutuhan ini seseorang tidak akan bisa melakukan aktivitas apa-apa.
Ali bin Abi Thalib suatu hari bertemu dengan Salman al-Farisi, “Apa kabar , Abu Abdillah ?” , kata Ali kepada Salman. Abu Abdillah adalah nama panggilan bagi Salman.
“Kabar saya , wahai Amirul Mukminin, menyangkut empat keprihatinan”, jawab Salman. Amirul Mukminin merupakan sebutan bagi khalifah, karena Ali menjabat khalifah waktu itu.
“Keprihatianan tentang apa ? Semoga Allah merahmatimu”.
“Keprihatinan tentang keluarga, yang selalu membutuhkan makanan. Keprihatinan sebagai hamba yang harus taat kepada Allah. Keprihatinan kepada setan, yang selalu mengajak maksiat. Dan keprihatinan terhadap Malaikat Maut yang akan mencabut ruh saya”.
“Bergembiralah, Abu Abdillah,” kata Ali. “Pada setiap hal yang tadi itu, engkau memiliki keutamaan”. Ali lalu bercerita :
Suatu hari saya datang kepada Rasulullah SAW, dan beliau bertanya,”Apa kabar pagi ini, Ali?”
“Saya sedang memprihatinkan empat hal, wahai Rasulullah. Saya sudah tidak memiliki apa-apa lagi di rumah, kecuali air. Ini memprihatinkan saya. Lalu saya prihatin terhadap ketaatan saya sebagai hamba kepada Allah. Kemudian keprihatinan akan semua akibat perbuatan yang saya lakukan, dan keprihatinan akan datangnya malaikat maut”.
Nabi lalu berkata,”Gembiralah, Ali. Sesungguhnya keprihatinan terhadap keluarga merupakan tabir pelindung dari neraka. Keprihatinan terhadap ketaatan seorang hamba kepada Allah adalah pengamannya dari azab. Keprihatinan terhadap akibat kelakuan sendiri adalah jihad, dan melebihi keutamaan ibadah 60 tahun. Sedang keprihatinan terhadap malaikat maut adalah penghapus dosa-dosa.
Ketahuilah, Ali, kata Nabi lagi,”Keprihatinanmu itu tidak mempengaruhi rizkimu. Tetapi memberimu pahala. Karena itu bersyukurlah kepada Allah, dan jadilah orang tawakal, niscaya kau akan menjadi kekasih Allah.”
“Dengan apa saya bersyukur ?” tanya saya kepada Rasulullah.
“Dengan Islam,” jawab Nabi.
“Dengan apa saya taat kepada Allah?”
“Dengan mengucapkan la haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil azhim ( tak ada daya, tak ada kekuatan apa pun juga, kecuali berkat Allah Yang Maha Luhur dan Agung ).
“Lalu apa yang harus saya singkirkan?”
“Marahmu”, jawab Nabi. Menyingkirkan rasa amarah akan memadamkan amarah Tuhan. Juga memberatkan mizan ( timbangan amal ) serta menuntun ke sorga.”
Salman al-Farisi lalu berkata,”Saya memang sangat prihatin terhadap hal-hal itu, terutama yang menyangkut soal keluarga.”
“Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda,’Barangsiapa tak pernah memprihatinkan keluarganya, ia tak memiliki bagian di sorga,” kata Ali.
Mengapa kedua sahabat Nabi ini menempatkan keprihatinan terhadap kebutuhan pangan keluarga ini pada urutan yang pertama ? Karena mereka merasa memenuhi kewajiban terhadap keluarga ini paling sulit dilakukan. Hal ini bukan dikarenakan mereka lebih mementingkan kehidupan duniawi. Tapi mereka berkewajiban memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungjawabnya.
Barangkali kita sebaliknya, yaitu keprihatinan karena keinginan untuk menikmati kehidupan duniawi. Tidak peduli terhadap keprihatinan yang lainnya, seperti yang dikemukakan Ali bin Abi Thalib dan Salman al-Farisi di atas. Atau barangkali keprihatinan Anda sama seperti yang dikemukakan dua sahabat Nabi tersebut ?
οοο
Pic © http://www.islamonline.net
Cianjur, Senin, 29 Maret 2010 | 21:02
Mar 29, 2010 @ 21:23:29
(maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
Kita musti hati2 terhadap berbagai perilaku yang tanpa sadar membawa kita kepada kemusyrikan. Terima kasih atas pencerahannya, Pak
——————————————————————
Apr 05, 2010 @ 16:39:28
memang mas alamendah selalu mendapatkan pertamaxxx
———————————————————–
Mar 29, 2010 @ 23:14:14
memang kita diminta untuk mendahulukan orang2 terdekat kita dalam memberikan kasih sayang,terutama keluarga dan tetangga terdekat.
kalau saya prihatin jika amal ibadah saya tidak diterima pak,karena semua tergantung niatnya,dan saya selama ini gak tau apakah niat saya sudah benar.
saya berlindung kepada Allah dari murkanya,dan dari kelemahan diri ini menghadapi godaan setan yg terkutuk
wassalam
———————————————————————
Mar 30, 2010 @ 10:39:56
hikz makasih pak kuliah online islamna hehe
moga saja saya termasuk orang yang prihatin bukan hanya semata2 untuk duniawi
berkunjung dan ditunggu kunjungan baliknya
salam blogger
makasih
😀
————————————————————————-
Mar 30, 2010 @ 11:16:57
Sepanjang sejarah kehidupan, manusia akan selalu diliputi keprihatinan. Keprihatinan akan dirinya sendiri, keluarganya, orang-orang terkasihnya, atau saudara-saudara seimannya. Terlepas apakah seseorang itu memiliki kelebihan atau kekurangan tertentu, keprihatinan terhadap sesuatu pasti dirasakannya.
=======
Bener kang kan saur bgusti Allah oge ” Innal insaan khuliqo haluu’an ….dst”
Mar 30, 2010 @ 11:18:55
Waduh kena satpam kayanya nih kang
Pokokknya setuju deh kang karena hal itu emang sesuai dengan firman Allah ” Innalinsaan khuliqo haluan …dst ”
————————————————————————–
Mar 31, 2010 @ 16:49:25
Wah besar sekali pelajaran yang bisa diambil
——————————————————————
Mar 31, 2010 @ 17:58:13
Lama tidak berkunjung, semoga p Abdaz sekeluarga selalu dalam lindungan Allah SWT.
“La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil azhim.”
Mencerahkan sekali post ini.
————————————————————
Apr 01, 2010 @ 08:41:45
“Keprihatinan tentang keluarga, yang selalu membutuhkan makanan. Keprihatinan sebagai hamba yang harus taat kepada Allah. Keprihatinan kepada setan, yang selalu mengajak maksiat. Dan keprihatinan terhadap Malaikat Maut yang akan mencabut ruh saya”.
Alhamdulillah, ternyata saya masih memiliki keprihatinan yang diatas. Seandainya saja tidak ada risau dari Rasulullah dan para sahabat mungkin agama islam ini belum kita rasakan saat ini. dengan kerisauan Banginda Rasulullah akan ummatnya maka nikmat Islam bisa kita rasakan.
—————————————————————
Apr 01, 2010 @ 23:16:22
hidupku selalu penuh dengan keprihatinan …..
blogwalking ya
—————————————————–
Apr 02, 2010 @ 01:25:45
Keprihatinan manusia pada dunia sering digunakan dagangan politik oleh parpol-parpol…lihatlah mereka sering berjanji memperjuangkan kesejahteraan duniawi, jarang sekali yang mengajak kepada kesejahteraan akhirat.
—————————————————————-
Apr 02, 2010 @ 01:28:36
wadhuh kena satpam
————————————————-
Apr 04, 2010 @ 20:43:59
di tunggu up date nya kanag …..
salam kozzzu
—————————————————————
Apr 05, 2010 @ 14:36:45
penuturan yang sangat bagus,,,
keprihatinan bagi keluarga dan diri sendiri memang sangat penting.. dan dianjurkan juga oleh RASULLULAH
info yg sangat bagus
makasih buat admin
—————————————————————-
Apr 05, 2010 @ 20:02:36
Assalamulaikum ww Pak Abdul Aziz sehat? mudah2an selalu dalam lindunganNya..
Terima kasih saya banyak belajar tentang keprihatinan yang dijelaskan dalam postingan ini.. salam hormat saya..
—————————————————————–
Apr 05, 2010 @ 23:01:56
terimakasih atas kunjungannya pak, gak masalah kalo jarang mampir,yg penting ukhuwah kita tetap dijaga ya pak 🙂
——————————————————————
Apr 06, 2010 @ 13:24:13
lama tak berkunjung pak ustadz…
tulisannya selalu menyentuh..s
salam sukses…
sedj
——————————————————————
Apr 08, 2010 @ 03:40:13
Banyak bersyukur dan Ikhlas akan membawa pada kesuksesan… InsyaALLAH…
http://aresaja.wordpress.com
——————————————————-
Apr 09, 2010 @ 08:32:42
mampir kang….hidup manusia memang harus mengan cara berpikir prihatin..karna saya yakin sekli dengan hidup prihatin manusia akan di bawa berpikir kreatif…bnar ga kang….
skalian perkenalan kang kalo bisa tukaran link kang…
http://www.go-nrc.co.cc/
maksih di tunggu ya kang responnya
——————————————————————
Apr 09, 2010 @ 11:15:59
Keprihatinan terbaik adalah tentang minimnya bekal menghadap-Nya.
Lama tdk berkunjung ke blog Pak Aziz..
—————————————————-
Apr 10, 2010 @ 02:29:30
Keprihatinan yang disampaikan menjadi awal dan ujung untuk selalu bersyukur
Tulisan yang menyadarkan saya.
Terima kasih. Salam kenal pa ustadz
—————————————————————————–
Apr 10, 2010 @ 09:47:15
Ya, mungkin perlu pelurusan ulang makna ziarah kubur 🙂 dan pengabulan doa, juga perlu upaya baik.
Salam bentoelisan
Mas Ben
———————————————————–
.
Apr 13, 2010 @ 15:19:16
Prihatin dengan minimnya amal soleh kita ya Pak. Mampir di sore hari..
———————————————————————
Apr 13, 2010 @ 18:53:25
Memang dalam didup ini Allah SWT telah menciptakan berpasang-pasangan. Yang terpenting dalam keadaan apapun kita harus selalu mengingatNYA.
————————————————————————–
Apr 14, 2010 @ 22:17:42
yup… ikutan comment di sini ya ..:) Dapatkan informasi lowongan pekerjaan terbaru di informasi lowongan kerja
———————————————————
Apr 17, 2010 @ 10:32:04
saya pilih sukses….
kunjungi juga blog surel saya… setiap postingan terbaru anda akan kami link dari sana…
http://aristatolis.blogspot.com
——————————————————————
Apr 17, 2010 @ 16:05:07
Assalamualaikum…
———————————————–
Apr 25, 2010 @ 21:51:29
Sungguh pembelajaran yg menarik, kisah sahabat nabi yg patut dijadikan contoh.
——————————————————————————
May 21, 2010 @ 13:04:07
Rasullulah itu uswatun hasanah….
————————————————-