
Tjoet Njak Dien
SETIAP bulan April wacana emansipasi sering menjadi pembicaraan masyarakat. Emansipasi biasanya dipahami sebagai bagian dari perjuangan kaum perempuan untuk menyetarakan hak dan kewajiban dan menyamakan harkat dan martabat laiki-laki dan perempuan.
Kita, sebagai Muslim, bila memahami agama lebih dalam akan menyadarkan kita bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan itu sama di hadapan Allah SWT. Hak dan kewajiban keduanya telah diatur secara berimbang. Selain sebagai pasangan hidup lelaki, perempuan juga merupakan individu dan bagian dari kehidupan masyarakat yang memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam memperjuangkan dan memajukan kesejahteraan umat manusia.
Allah tidak pernah membedakan kaum perempuan dengan kaum laki-laki. Mereka sama-sama manusia yang merupakan puncak penciptaan dari seluruh ciptaan-Nya. Hal ini secara tegas dinyatakan Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. ( QS At-Tîn [ 95 ] : 4 ).
Dalam sejarah kita mengenal Khadijah seorang pengusaha yang sukses dan Aisyah yang pernah menjadi panglima perang, keduanya adalah istri Rasulullah Muhammad SAW.
Kita juga di negeri ini banyak mengenal Muslimah pejuang. Tjoet Njak Dien ( 1848 – 1908 ) sepeninggal suaminya, Teuku Umar, dalam keadaan sakit memimpin perlawanan terhadap pasukan Belanda. Tjoet Njak Meutia ( 1870 – 1910 ) berjuang melawan Belanda dan pernah memegang tampuk pimpinan dalam perjuangan melawan penjajah.
Sementara itu di Sumatra Barat kita mengenal Rasuna Said ( 1910 – 1965 ) seorang tokoh pendidik, pejuang dan wartawati. Karena perjuangannya menentang Belanda, pada tahun 1932 ia ditangkap Belanda dan dibuang ke Jawa, dimasukkan ke penjara di Semarang.
Perjuangan ketiga Muslimah ini diakui pemerintah dengan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Selain mereka juga masih banyak dari kalangan Muslimah yang berkiprah untuk memajukan negeri ini. Di Jawa, misalnya, kita mengenal Nyai Ahmad Dahlan, istri pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan, yang juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Selain ayat di atas, Allah memberikan penegasan dalam firman-Nya yang lain, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam” ( QS Al Isrâ [ 17 ] : 70 ).
Dalam kedua ayat di atas tampak jelas bahwa Allah SWT tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Anak-anak Adam dalam ayat tersebut mencakup seluruh umat manusia, baik kaum laki-laki, maupun kaum perempuan. Dengan demikian sebagai sesama manusia dan anak-anak Adam adalah sama harkat dan martabatnya, hak dan kewajibannya.
Apa yang dilakukan lelaki atau perempuan bagi Allah adalah sama. Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain” ( QS Ali Imran [ 3 ] : 195 ).
Maksud kalimat kamu adalah turunan dari sebagian yang lain adalah sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, maka demikian pula halnya perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tak ada kelebihan yang satu dari yang lain.
Walaupun demikian, dalam realitas budaya manusia kita sering menemukan gejala yang merendahkan kaum perempuan. Sebuah gejala yang banyak dipengaruhi berbagai faktor yang mengarah kepada kepentingan-kepentingan tertentu.
Tapi kalau kita kembali kepada ajaran agama, apakah masih perlu emansipasi ? Dalam hal ini Dr. Nurcholish Madjid dengan tegas menyatakan dalam sebuah tulisannya, ”Emansipasi tidak diperlukan” ( Media Indonesia, 23 November 2003 ).
Wa Allahu ‘alam bi ash-shawab.
• Pic © wikipedia
Cianjur, Rabu, 21 April 2010 | 21 : 42
Apr 21, 2010 @ 21:50:17
Numpang baca ya bro n salam kenal, mau belajar neh..
———————————————————
Apr 21, 2010 @ 23:12:43
pak ,sejak islam hadir,wanita telah ditinggikan derajatnya oleh Allah hingga menyamai kamu lelaki. sebenarnya hak dan kewajiban ada milik masing2,namun terkadang wanita dengan emansipasinya kebablasan,sehingga yg rugi adalah wanita itu sendiri,terutama jika wanita itu muslim dan belajar agama dengan benar. lihat betapa posisi seorang ibu adalah 3 kali lipat lebih utama dari posisi seorang bapak bagi anaknya.
wanita berduaan tanpa muhrim aja gak boleh,tapi sekarang kita liat banyak wanita pergi sendiri bawa kendaraan sendiri pulang malam,jalan ke mal dan tempat2 hiburan sampai larut malam. mereka sebenarnya gak sadar bahwa mereka yg merendahkan diri mereka sendiri,Allah meninggikan mereka dengan menyuruh mereka menjaga kehormatan diri mereka,namun mereka sendiri yg merusaknya.
saya berdoa demi kemajuan wanita indonesia,tapi saya berdoa semoga tidak ada emansipasi kebablasan hingga merusak kodratnya sebagai wanita mukmin
wallahualam
———————————————————————–
Apr 22, 2010 @ 09:33:33
hhhmmm. perspektif baru tentang emansipasi..
pemikiran yang bagus, Pak Ustadz…
semoga sehat selalu..
salam sukses…
sedj
http://sedjatee.wordpress.com
—————————————————————————–
Apr 22, 2010 @ 14:51:36
nice post!!!
salam kenal nihh
sedang blogwalking dan ketemu blog menarik ini.. ditunggu kunjungan baliknya di http://www.ossmed.com
———————————————————–
Apr 22, 2010 @ 21:58:25
” yang laki-laki tolong berdiri dong , kasih tempat duduk buat perempuan” kata seorang perempuan ,
eh kok ada laki-laki yang nyaut , bu kan sekarang emansipasi jadi kalo ga dapet tempat duduk ya gpp kan emansipasi , he he he
Emansipasi ternyata bukan hanya persoalan tempat duduk di bis rupanya, Jadi apa ya emansipasi…
Persamaan hak dan kedudukan ya, lah kalo diri memang ga dapet tempat duduk seeh.
* maaf pak kalo komentnya ngasal*
————————————————————-
Apr 23, 2010 @ 03:04:29
perlukah emansipasi?
jawabnya perlu, sesuai tugas pokok dan fungsinya
———————————————————————
Apr 23, 2010 @ 08:07:53
Sebenarnya sejak lahirpun, perempuan sudah ditinggikan derajatnya oleh Allah swt.
Perempuan itu sendiri yg sering merendahkan harkat dan martabatnya yg tdk sesuai dgn tuntutan agama.
Insyaalah, perempuan yg ditinggikan Allah swt tsb, adalah perempuan yg paling berharga dgn ketakwaannya.
Perlukah emansipasi?
kadang sekarang emansipasinya sudah kebablasan, tdk sesuai lagi dgn kodrat kewanitaan,
salam
———————————————————————-
Apr 23, 2010 @ 08:43:45
Islam sudah memberikan porsi yang pantas buat wanita, jika laki-laki berkuasa di luar rumah tangga, maka wanitalah penguasa dalam mengatur rumah tangga dengan tatap makmum kepada laki-laki. dan balsannya dengan perjuangan wanita dalam rumah tangganya sesuai dengan syariah islam maka adalah surga….sebuah imbalan yang sangat indah nan agung buat wanita, karena wanita juga dapat menciptkan sebuah surga di dunia ini dalam rumah tangganya….hanya sebuah ilham dari pelajaran islam pak yang saya tahu itu….dan juga mampir pagi ini…
——————————————————
Apr 23, 2010 @ 12:47:53
Konsep emansipasi pada dasarnya hanya hasil pemikiran para orientalis barat sebagai kedok untuk me-demoralisasi wanita muslim di dunia. Itu hanya kedok saja. Hanya saja wanita itu sendiri yang mereduksi dirinya ke tingkat yang rendah.
——————————————————-
Apr 23, 2010 @ 14:18:01
sebenarnya sangat di perlukan namun tentu tidak sepenuhnya dan masih terdapat garis pembatasnya…
http://aristatolis.blogspot.com
————————————————————-
Apr 23, 2010 @ 17:35:52
sekarang emansipasinya banyak kabablasan…Pak.. 😛
Jadinya emansisapi
—————————————————————————
Apr 23, 2010 @ 17:38:39
Ingat lagu Doel Sumbang “Awewe ayeuna lain ,awewe modern ..
Tapi peunciteun tukang jagal….
Nganut emansipasi tapi teu make aturan…bla.bla.blaa ”
Salam hangat Selalu
————————————————————-
Apr 23, 2010 @ 18:53:28
Kalo menurut saya, emansipasi wanita sebenarnya ndak ada dalam islam. Karena ini hanya semacam legitimasi kebudayaan kulture indonesia saja. Allah tidak mengenal perbedaan strata gender antara laki2 dan perempuan. Allah menciptakan perempuan dengan fungsi dan peranan masing2, ndak ada batasan bagi wanita ataupun perempuan untuk mengkotak-kotakkan peranan mereka dalam membangun masyarakat yang lebih thoyibah, semuanya bahu-membahu demi meningkatkan kualitas dan peradaban hidup lebih maju.
Namun kita juga ndak harus, membedakan cara hidup perempuan indo dengn prempuan arab di temur tengah sana. Memang sangat berbeda kayaknya, tapi garis besarnya sama. Semua orang punya hak hidup dan hak subtansial yang tak boleh di parsialkan dalam bentuk apapun. entah pun itu oleh sudut pandang emansipasi 🙂
————————————————————————-
Apr 25, 2010 @ 10:15:32
Iya, sepakat Pak, sebenarnya kalau kita merefer pada ajaran Islam, emansipasi tidak diperlukan, karena sejatinya tak ada pembedaan antara wanita dan pria…Terima kasih tulisannya Pak, mencerahkan!
——————————————————-
Apr 25, 2010 @ 14:55:17
Lama tidak berkunjung, semoga p Abdaz dan keluarga senantiasa dilimpahi kesehatan.
Hidup perempuan Indonesia!
———————————————————–
Apr 25, 2010 @ 18:07:14
di tengah masyarakat kita yang cenderung masih patriarkis, agaknya emansipasi yang kini lebih sering disebut sbg kesetaraan gender memang masih diperlukan, mas azis, khususnya utk menyelamatkan kaum perempuan yang masih jadi korban kekerasan kaum lelaki, baik fisik maupun psikis. salam.
———————————————————————
Apr 25, 2010 @ 19:01:47
malam!
kangen…pa cabar,maz
wah sangat cemerlang y wawasan mengenai emansipasinya.
hebat
salam hangat dari blue
—————————————————————
Apr 25, 2010 @ 19:42:29
Benar, tidak perlu emansipasi, karena Islam telah menempatkan sama kedudukan perempuan dan laki-laki.Masing-masing dapat berperan sesuai dengan fitrahnya.
Terima kasih atas artikel ini Pak Aziz. Ditunggu kunjungan balik…
—————————————————————-
Apr 25, 2010 @ 20:08:40
Assalamu’alaikum, Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shalehah. Begitulah bunyi sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim.
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw dan bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli?” Beliau menjawab, “Ibumu! Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasul menjawab lagi, “Ibumu!” Ia balik bertanya, “Siapa lagi?” Rasul kembali menjawab, “Ibumu!” Ia kembali bertanya, “Lalu siapa lagi?” Beliau menjawab, “Bapakmu!” (Dikeluarkan oleh Asy-Syaikhani (Bukhari-Muslim).
————————————————————–
Apr 25, 2010 @ 20:18:34
assalamualaikum
maaf lama gag silaturahim kesini
saya mengucapkan selamat hari kartini ajah dech heheh
—————————————————–
Apr 25, 2010 @ 21:57:02
Setuju pisan Kang, Islam sudah jauh sebelum Kartini lahir mengatur hak2 perempuan setara dgn laki-laki dgn kudratanya sebagai perempuan. Salah satu buktinya yakni hadits yg ditulis teh Dewi Yana.
————————————————————————-
Apr 27, 2010 @ 06:30:58
Sami-sami Kang, salam juga utk keluarga Kang Abdaz di Cianjur
—————————————————–
Apr 26, 2010 @ 10:39:24
sebenarnya perempuan itu sudah mulia kedudukannya dlm Islam,
hanya kadang perempuan itu sendiri juga yg ,merendahkan harkat dan martabatnya sendiri.
dan, sering kebablasan mengikuti arus feminisme yg gak sesuai dgn tuntunan agama.
salam
—————————————————————————–
Apr 26, 2010 @ 11:18:34
blogwalking….
setuju dg bunda…
perempuan dimata ISlam begitu mulia…
m`f baru berkunjung ea pakde…
gud luck sll tuk ngebloging ria-nya…
salam sayank….
———————————————————————
Apr 26, 2010 @ 13:22:14
wilujeng siang kang, kumaha damang ?
————————————————————–
Apr 26, 2010 @ 13:27:38
siang abah…..wah emasipasinya kuat banget ya…smoga sukses buat wanita muslim kini
buat yang lainnya..daptkan beberap tip buat waniat dan kehidupan di
http://kang-romly.blogspot.com/
————————————————————
Apr 26, 2010 @ 14:59:01
Punten pak guru … pribados atah anjang
perkawis mang eman sapasi, naminage sapasi hartosna satengah-satengah janten teu puguh juntunganana.. punten ah mung sapasi 😆
——————————————————————————-
Apr 27, 2010 @ 01:46:54
pendapat orang tentu berbeda2 tentang emansipasi..
yg jelas selama yang mereka anggap emansipasi itu tidak bertentangan dengan sunnah rasul sah2 saja. (tu mah menurut el yg bodoh).
salam blogger pak,, kangen dah lama gk silaturahmi ma tmn2 blogger cianjur.. 😀
———————————————————————————–
Apr 27, 2010 @ 13:21:04
Menurut saya semua sudah ada kedudukannya masing-masing.. seorang wanita sudah dimuliakan dengan tugasnya sebagai seorang ibu dan seorang laki-laki tugasnya sebagai kepala keluarga mencari nafkah..
Penyesuaian peran dalam keluarga jika diperlukan boleh saja.. asal tidak meninggalkan tugas utama..
Salam saya pak Abdul Aziz..
——————————————————————
Apr 29, 2010 @ 12:32:43
saia menyimak saja 🙂
—————————————————————————–
May 05, 2010 @ 22:32:55
Adakah antara tujuan emansipasi wanita jaman Ibu Kartini dengan tujuan emansipasi wanita jaman sekarang masih sama?
——————————————