PENDIDIKAN agama lebih luas dari pada pengajaran agama. Pendidikan Agama Islam tidak hanya bersifat mengajar dalam arti menyampaikan ilmu pengetahuan tentang agama kepada anak didik , melainkan melakukan pembinaan mental spiritual yang didasari dengan nilai-nilai ajaran agama.
Dalam pengertian yang lebih luas dapat disamakan dengan pembinaan pribadi, yang dalam pelaksanaannya tidak hanya bisa terjadi melalui pelajaran yang diberikan dengan sengaja saja, melainkan menyangkut semua pengalaman yang dilalui anak sejak lahir dan berlaku untuk semua lingkungan hidup anak, mulai dari lingkungan keluarga, kemudian lingkungan sekolah dan sampai lingkungan masyarakat.
Dengan demikian, guru Pendidikan Agama Islam selain harus seorang Muslim yang taat mengamalkan ajaran agamanya, mengetahui dan memahami, meresapi dan menghayati soal-soal yang berkaitan dengan pengetahuan agama Islam, juga dituntut untuk menguasai metodologi pendidikan agama, baik teori maupun aplikasinya.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru memerlukan wawasan yang luas dan utuh tentang kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus mengetahui dan memiliki gambaran secara menyeluruh mengenai bagaimana proses pembelajaran itu terjadi serta langkah-langkah apa yang diperlukan sehingga tugas-tugas kependidikannya bisa dilakukan dengan baik dan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dasar-dasar kependidikan ini telah diisyaratkan Allah di dalam Al Quran surah Al Alaq yaitu dengan metode pembiasaan dan pengulangan. Latihan dan pengulangan yang merupakan metode praktis untuk menghafalkan atau menguasai suatu materi pelajaran termasuk ke dalam metode ini.
Di dalam surah Al Alaq metode ini disebut secara implisit, yakni dari cara turunnya wahyu pertama ( ayat 1-5 ). Jibril menyuruh Nabi SAW dengan mengucapkan kata Iqra ( baca ! ) dan Nabi menjawab Mâ ana biqârî ( saya tidak bisa membaca ), lalu Jibril mengulanginya lagi dan Nabi menjawab dengan perkataan yang sama. Hal ini terulang sampai 3 kali. Kemudian Jibril membacakan ayat 1-5 dan mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang disampaikan Jibril tersebut ( Erwita Aziz, 2003: 81).
Perintah membaca dalam surah Al Alaq tersebut terulang sebanyak dua kali, yaitu pada ayat pertama dan ketiga. Hal ini menjadi indikasi bahwa metode pembiasaan dan pengulangan dalam pendidikan sangat diperlukan agar dapat menguasai suatu ilmu atau materi pembelajaran.
Dengan demikian, menurut Erwita Aziz metode pembiasaan dan pengulangan yang digunakan Allah dalam mengajar Rasul-Nya amat efektif sehingga apa yang disampaikan kepadanya langsung tertanam dengan kuat di dalam kalbunya.
Di dalam ayat 6 surah Al-A’la, Allah menegaskan metode itu :
سَنُقْرِئُكَ فَلاَ تَنْسي
“ Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa” .
Ayat ini menegaskan bahwa Allah membacakan Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW., kemudian Nabi mengulanginya kembali sampai ia tidak lupa apa yang telah diajarkan-Nya.
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan seorang pendidik atau orang tua adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik.
”Kebiasaan itu adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi” ( Edi Suardi, tt. : 123 ).
Seorang anak yang terbiasa mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam lebih dapat diharapkan dalam kehidupannya nanti akan menjadi seorang Muslim yang saleh.
Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu sangat penting, karena banyak orang yang berbuat atau bertingkah laku hanya karena kebiasaan semata- mata. Tanpa itu hidup seseorang akan berjalan lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu ia harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan. Kalau seseorang sudah terbiasa shalat berjamaah, ia tak akan berpikir panjang ketika mendengar kumandang adzan, langsung akan pergi ke masjid untuk shalat berjamaah.
Pembiasaan ini akan memberikan kesempatan kepada anak didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan shalat, misalnya, hendaknya dimulai sedini mungkin. Rasulullah SAW. memerintahkan kepada para orang tua dan pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan shalat, ketika berumur tujuh tahun, sebagimana sabdanya yang diriwayatkan Tirmidzi :
مُرُوْا الصَّبِيَّ بِالصَّلاَةِ اِذِا بَلَغَ سَبْعَ سِنِيْنَ وَ اِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِيْنَ فَاضْرِبُوْهُ عَلَيْهَا
“Suruhlah olehmu anak-anak itu shalat apabila ia sudah berumur tujuh tahun, dan apabila ia sudah berumur sepuluh tahun, maka hendaklah kamu pukul jika ia meninggalkan shalat”.
Berawal dari pembiasaan sejak kecil itulah, anak-anak membiasakan dirinya melakukan sesuatu yang lebih baik. Menumbuhkan kebiasaan yang baik ini tidaklah mudah, akan memakan waktu yang panjang. Tetapi bila sudah menjadi kebiasaan , akan sulit pula untuk berubah dari kebiasaan tersebut.
Penanaman kebiasaan yang baik , sebagaimana sabda Rasulullah di atas, sangat penting dilakukan sejak awal kehidupan anak. Agama Islam sangat mementingkan pendidikan kebiasaan, dengan pembiasaan itulah diharapkan anak-anak mengamalkan agamanya secara berkelanjutan. Apa bila ia sudah terbiasa dengan hal-hal yang baik, lebih bisa diharapkan untuk memiliki sikap istiqamah atau konsistensi dalam menjalani kehidupan keberagamaannya.
”Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan digunakan dalam pendekatan pembiasaan antara lain : metode latihan (drill), metode pemberian tugas, metode demonstrasi dan metode eksperimen” ( Ramayulis, 2005 : 129 ). •••
DAFTAR RUJUKAN
Aziz, Erwati. 2003. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Solo : Tiga Serangkai Pustaka
Ramayulis . 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam . Jakarta : Kalam Mulia
Suardi, Edi . tt . Pedagogik 2 . Cetakan ke- 2 . Bandung : Angkasa.
Cianjur , Sabtu, 15 Mei 2010 | 11: 42
May 15, 2010 @ 12:29:06
(maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
Pendidikan akhlak dan perilaku keknya sangat penting ya, Pak?
————————————————-
May 15, 2010 @ 20:03:24
Berkunjung mas…. Saya mesti banyak belajar agama di blog ini 🙂
Sukses terus mas….
—————————————
May 15, 2010 @ 20:07:38
Al-quran memang sebaik2 pedoman pendidikan.. sayangnya metode pengajaran agama di sekolah umum cenderung mengutamakan aspek kognitif nya ya pak, bukan karakter dan attitude, alias pengalaman kehidupan bergama itu sendiri. Sejauh ini, pesantren lebih memiliki kelebihan..tetapi sayangya semakin terpinggirkan..
———————————————
May 16, 2010 @ 09:44:55
kang dira, pesantren semakin terpinggirkan ada kalanya benar juga. dulu, waktu saya masih dipesantren. muridnya ada x 300 orang. sekarang mah paling anyak juga 30an..
—————————————–
May 15, 2010 @ 20:39:34
dalam pendidikan agama hendaknya ketauhidan diutamakan, agar rasa keimanan itu semakin kuat.
iman yang kuat akan menciptakan akhlak yang mulia, karena adanya sikap ‘idrak silla billah’ keterikatan hubungan dengan Allah, yang menyimpan energi luar biasa…
menjadikannya muslim tangguh dan amanah… itulah “the power of moslem”
-wallahu a’lam- 🙂
——————————————-
May 16, 2010 @ 12:55:45
Seperti kata abah lia.. Akhlak itu sangat penting…:)
terima kasih pak atas masukannya 🙂
Ohya pak.. sekalian mau info kalo linknya sudah lia pasang dihalaman link lia.. makasih pak 🙂
————————————————-
May 16, 2010 @ 15:23:24
Belajar awal yang di syariatkan Islam adalah belajar tentang Ilmu Al Qur’an….terima kasih abah
——————————————–
May 16, 2010 @ 19:24:16
Ada sisi lain kelihatannya Kang di Sekolah Umum pendidikan agama tidak menyentuh hati dan pikiran, karena jika membaca berita2 banyak yang dilakukan pelajar kita sangat menyedihkan. Pelajaran hanya dipelajari untuk nilai bukan merubah perilaku.
Apa yang salah kang ….
Maaf jika asumsi dan pertanyaan ini juga ada kekeliruan.
Btw hapunten Kang nembe berkunjung … kaganggu offline dan terlalu banyak keinginan …
Hatur nuhun pisan.
Salam hangat selalu buat Kang Abdaz dan keluarga di Cianjur 🙂
————————————————-
May 17, 2010 @ 19:52:41
Memang sesungguhnya roh pendidikan adalah mendidik, baru mengajar, Pak.
——————————————————
May 17, 2010 @ 23:11:26
terima kasih tambahan info dan pencerahannya, mas azis. makin terbukti kalau kebiasaan yang dibangun sejak kecil akan menentukan karakter dan kepribadian seorang anak. di zaman sekarang, agaknya tugas guru agama makin berat tantangannya. perlu ada sinergi dengan guru2 lain lintas mapel.
——————————————
May 18, 2010 @ 09:48:34
setuju banget Pak Abdaz…
boleh dibilang, belajar adalah perintah dasar dalam kitab suci kita..
semoga ini bisa menjadi penyadaran bagi kita untuk tidak mengabaikan perintah belajar..
salam sukses..
sedj
——————————————–
May 18, 2010 @ 14:27:10
murisnya lucu lucu yah……..
ehehhe seneng banget oby kalaulihat murid yg lucu lucu,,,,
pinter ngaji pulak… 😀
salam kenal
dari blogger abnormal
Selamat hari guru yah pak abdaz
—————————————
May 19, 2010 @ 20:57:42
Assalamualaikum ww – lancar mengaji karena diulang ya pak – salam saya