Ramadhan 1431 H, Semoga Menjadi Qabul Doa Kita Tahun Lalu


Oleh : KH A Hasyim Muzadi — Mantan Ketua Umum PBNU

BULAN RAMADHAN datang secara rutin. Mengunjungi anak cucu Adam AS setiap tahun dengan jadwal dan kalender yang tetap. Tidak berubah. Sebagai sebuah momentum yang sengaja didesain oleh Allah untuk umat Nabi Muhammad SAW yang berpuasa, Ramadhan selalu menarik perhatian. Ditunggudan diharap-harap kehadirannya oleh mereka yang merasa selama sebelas bulan sebelumnya, telah begitu jauh meninggalkan Allah SWT.   Bahkan didamba oleh para kekasih yang selalu berdekatan dengan sang Khalik.

Insya Allah, hanya dalam hitungan jari, ia akan datang kembali menemui kita. Ia seperti yang kita harapkan tahun lalu, “Hanya kepada-Mu, ya Allah kami berharap dikaruniai umur panjang agar bisa kembali bersua Ramadhan tahun depan.Hai Ramadhan! Datanglah kembali. Temuilah kami sebagaimana engkau telah menemani malam-malam kami di bulan suci tahun ini,” begitu antara lain doa yang kita lantunkan di antara hari-hari sepanjang Ramadhan tahun 1430 Hijriyah. Itu semua terjadi tahun lalu.

Sebagai sebuah kebun anggur tempat umat Nabi Muhammad SAW memetik buah ranum kerinduan kepada Allah, Ramadhan akan selalu menjadi dambaan semua; kita umat Baginda Rasul. Coba bayangkan, bagaimana kita harus berkompetisi dengan umat terdahulu dalam beribadah. Mereka dikaruniai tubuh-tubuh yang tinggi dan kekar sedang kita terlahir dengan ukuran rata-rata yang amat jarang mampu bertahan dalam perubahan iklim yang ekstrem. Mudah terserang flu meski hanya terpapar desiran angin tropis.

Tetapi dengan kekayakinan yang tinggi dan harapan mampu meningkatkan volume dan frekuensi ibadah selama Ramadhan, kita lalu membayangkan angka kelipatan pahala itu dapat menyaingi, atau paling kurang berlomba dengan intensitas dan kualitas ibadah umat dari nabi-nabi terdahulu. Karena itu, banyak benar hadis, atsar, riwayat serta turats ulama salaf yang dapat kita baca sebagai bekal untuk mengenal kembali ibadah puasa, khususnya di Ramadhan 1431 ini.

Sebagai sebuah i’tibar, sahabat Ibnu Abbas RA, pernah menyitir keterangan Nabi Muhammad yang saat itu tengah bersiap-siap menyambut datangnya Ramadhan. Syahdan, demikian laporan Ibnu Abbas kepada kita, pada malam pertama Ramadhan, al-mutsiiroh; angin yang berembus lembut, membelai pintu-pintu surga sehingga menyebabkan para bidadari berkelebatan terbang ke angkasa surga. Kepada malaikat Ridwan AS, mereka bertanya. “Malam apakah ini ya Ridwan?” “Malam pertama Ramadhan,” jawab Ridwan.

Para bidadari lantas tersenyum berderai dan bertanya siapa gerangan yang berani meminang mereka kepada Allah. Malaikat Jibril AS, atas perintah Allah, bersama laskar malaikat lainnya, lantas terbang, turun ke bentangan langit dunia, mengabarkan bahwa pintu-pintu surga telah dibuka, gerbang neraka telah ditutup dan para bidadari tengah menunggu dipinang. Oleh dan untuk serta bagi siapakah pintu surga dibuka, gerbang neraka ditutup dan bidadari diperuntukkan?

Semua ini diperuntukkan Allah bagi umat Nabi Muhammad yang berpuasa. “Lish shaaimiinaa min ummati Muhammad — untuk umat Nabi Muhammad yang berpuasa.” Jadi, bukan semata dengan diktum “Li ummati Muhammad — untuk ummat Muhammad”  tetapi  “Lish shaaimiiina — untuk yang berpuasa…”

Mengapa diktum ini penting dikemukakan? Sebab, kerap kali sebagian kita umat Baginda Rasul, menganggap diri superior sehingga tanpa beramal pun akan tetap memperoleh kedudukan yang mulia di akhirat kelak.

Akibat begitu tingginya egoisme kita, kerap kita memandang remeh kesalahan kecil dan “terpaksa” hanya meninggalkan dosa-dosa besar semata. Bukankah sudah waktunya kita mengubah pola pikir dengan bertanya; kepada siapa kita melakukan dosa? Kita nyata-mata berbuat dosa kepada Allah.

Kita telah mengabaikan-Nya sekian lama dan kini mendadak bersimpuh di hadapan Ramadhan , mengakui dosa yang melekat di badan dan memberatkan punggung. Jadi, bukan soal kecil tapi kepada siapa kita membangkang ?  Padahal, pada setiap malam di bulan Ramadhan, Allah melepaskan satu juta — alfa alfi pendosa yang bertaubat sehingga kalau sampai bilangan Ramadhan sampai ke angka 30 hari, maka akan sebanyak itu pula jumlah para “terpidana”  akan dibebaskan. Tentu, kualitas hari-hari itu berada dalam dimensi yang berbeda dengan hari-hari di dunia. Tetapi, malam-malam pembebasan itu tidak berlaku untuk sebagian kita. Hah !

Dari laporan sahabat Ibnu Abbas diketahui, ada empat kelompok orang yang tidak akan tersentuh kasih sayang Ramadhan dan tidak mendapatkan “remisi” sebagaimana diperoleh pelaku puasa dari janji Allah. Mereka adalah [1] para peminum arak. Maka, “berhati-hatilah, wahai engkau para saudaraku ! Berhentilah menenggak minuman keras karena sesuai hadits ini, peminum arak tidak akan masuk kelompok yang memperoleh permaafan dan ampunan dosa.”

Kedua adalah mereka yang suka memutus tali silaturrahim. Karena itu, Rasulullah sengaja mengajak para sahabatnya tidak menjauh dari masjid, di setiap menjelang datang bulan Ramadhan untuk berkumpul bersama. Saling meminta dan memberi maaf. Menguatkan tali silaturahim setelah sebelas bulan sebelum agak renggang karena urusan yang berbeda-beda. “Teguhkan silaturrahim, insya Allah kita akan memperoleh pembebasan dari api neraka !”

Kelompok ketiga adalah mereka yang mendurhaki kedua orang tua. Mereka bukan manusia-manusia  yang dimanjakan Ramadhan, karena mengabaikan kedua orang tua. Senyampang beliau berdua masih ada, sambangi, tengok, sapalah dengan sayang, kalau bisa datangi ke kampung atau datangkan ke rumah kita selama puasa Ramadhan. Muliakan beliau sebagaimana Allah memuliakan semua orang tua. Para pendurhaka terhadap orang tua, amat menyedihkan nasibnya, karena akan masuk kelompok yang tidak memperoleh kesempatan dibebaskan dari sergapan amarah Allah SWT.

Dan yang keempat adalah mereka yang bermusuhan. “Maksudnya, siapakah itu ya Baginda Rasul ?” tanya sahabat. “Yang suka membenci,” jawab Rasulullah pendek. Ramadhan mengajarkan kita berbaik-baik dengan tetagga dekat dan tetangga jauh. Sahabat dekat dan sahabat jauh. Keluarga dekat dan keluarga jauh. Semuanya harus memperoleh hak untuk diperlakukan sebaik dan semaksimal yang kikta bisa. Musuhi permusuhan dan bencilah kebencian. Kedua dua bentuk sikap negatif ini jangan pernah lagi mendera kita.

Beginilah, antara lain, puasa Ramadhan digambarkan bagi pelakunya, ummat Nabi Muhammad yang mulia. Inilah waktunya, inilah saatnya dan sekaranglah kesempatan bagi kita untuk kembali menyukuri keterqabulan doa kita tahun lalu. Bersyukur karena, insya Allah, akan menjadi hamba yang diberi kesempatan bertemu Ramadhan, berharap agar kelak menjadi wisudawan Ramadhan yang sukses mengamalkan sisa-sisa usia menjelang akhir hayat. Wallaahu a’lamu bishshawaab.•••

ØØØ

Dari : Refleksi Republika, Ahad, 8 Agustus  2010

Cianjur, 8 Agustus 2010 | 23 : 32


7 Comments (+add yours?)

  1. bidansmart
    Aug 09, 2010 @ 00:31:00

    subhanallah…tausyah yang menyejukkan qalbu dalam rangka mempersiapkan diri untuk ibadah di bulan ramadhan..terimakasih ustadz

    Reply

  2. Eyangresi313
    Aug 09, 2010 @ 01:01:26

    Semoga kita semua dapat memanfaatkan bulan yang penuh dengan maghfiroh ini. Ami…n !

    Reply

  3. Adi
    Aug 09, 2010 @ 04:07:38

    selamat berpuasa….

    Reply

  4. sedjatee
    Aug 09, 2010 @ 07:18:49

    ramadhan memang selalu dinantikan kehadirannya
    spesial buat Pak Abdul Aziz dan Keluarga..
    kami menyampaikan selamat menunaikan ibadah puasa ramadhan
    semoga kita semua menjadi hambaNya yang bertaqwa, amin..
    sukses untukmu selalu, Sahabat..
    tetap semangat..

    sedj
    http://sedjatee.wordpress.com

    Reply

  5. didot
    Aug 09, 2010 @ 09:19:34

    selamat menjalankan ibadah puasa ya pak 🙂

    Reply

  6. kopral cepot
    Aug 09, 2010 @ 09:28:38

    Wilujeng shaum ka pak guru sakulawargi … mugia sehat wal afiat

    Reply

  7. agito
    Aug 09, 2010 @ 15:22:38

    met ramadhan pak… moga ramadhan kali ini bisa lebih baik dari ramadhan sebelumnya..

    salam

    Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

IP
My Popularity (by popuri.us)
%d bloggers like this: