Persatuan Islam ( Persis )
…………………………………………………………………
Persis dan Gerakan Tajdid
Oleh : Syahruddin El-Fikri
Persis ingin kembali menjadi gerbong pembaruan pemikiran keislaman untuk mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin.
Jumlah organisasi Islam di Indonesia sangat banyak. Salah satunya adalah Persatuan Islam ( Persis ). Organisasi ini didirikan pada 12 September 1923 di Bandung, oleh H Zamzam dan H Muhammad Yunus. Keduanya merupakan ulama yang berasal dari Sumatra. Organisasi ini didirikan sebagai respons atas kondisi umat Islam yang terbelakang akibat penjajahan.
Organisasi ini dikenal luas sebauah gerakan pembaruan Islam ( harakah tajdid ). Misi utamanya adalah mengembalikan umat Islam kepada Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Persis lahir untuk menghadirkan Islam yang sesuai dengan kedua sumber hukum Islam tersebut.
Aktivitas utama Persis adalah dalam bidang dakwah, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan. Melalui peran ini, Persis ingin berperan aktif dalam memberikan kontribusi untuk meluruskan pemahaman umat Islam yang keliru terhadap agamanya. Ada dua agenda besar yang ingin dicapai Persis, yakni memurnikan akidah umat ( Ishlah al-‘Aqidah ), dan meluruskan ibadah umat ( Ishlah al-‘Ibadah ).
Sejak berdirinya pada 1923, Persis tetap konsisten berjuang menegakkan misi utama organisasi ini. Bahkan, Ahmad Hassan, sang guru utama Persis, harus berhadapan dengan sejumlah tokoh yang mendebatnya, karena dianggap pandangannya yang radikal. Namun, semua itu dibuktikan A Hassan dengan dasar-dasar yang konkret dalam Alquran. A Hassan menginginkan umat ini kembali mengkaji Al-Quran dan Sunnah, sebagai rujukan utama. Bila tidak ditemukan dasarnya dalam kedua sumber hukum Islam tersebut, maka perbuatan itu harus ditinggalkan.
Dari sini, lahirlah sejumlah tokoh Islam. seperti Mohammad Natsir (mantan perdana menteri RI), KH Mohammad Isa Anshary ( singa mimbar ), KH Endang Abdurrahman ( ulama yang rendah hati ), KH Abdul Lutfi Muchtar ( ulama yang memberi warna baru di tubuh Persis ), Shiddiq Amien ( ulama dan dai yang rendah hati ), serta masih banyak lagi. Semuanya memiliki visi yang sama, yakni memurnikan ajaran Islam yang berkembang di masyarakat, seperti bid’ah, khurafat, dan takhayul.
Untuk memperkuat visi dan misinya, maka dibentuklah sejumlah badan otonom. Seperti Persatuan Islam Istri ( Persistri ), Pemuda Persatuan Islam, Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam, Himpunan Mahasiswi Persatuan Islam, dan Ikatan Santri dan Pelajar Persatuan Islam, yang kini tengah digodok. Upaya ini dilakukan untuk membekali dan membentengi akidah umat Islam sejak dini.
Persatuan Islam sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan dakwah, saat ini telah memiliki sekitar 215 pondok pesantren, 400 masjid, serta sejumlah lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Itu semua tersebar di seluruh Indonesia.
Tak hanya itu, Persis juga berkontribusi dalam pengelolaan dan pendistribusian aset umat dalam bentuk zakat, wakaf, dan pengelolaan ekonomi umat, seperti Pusat Zakat Umat ( PZU ) dan Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ).
Kini, program utama yang dikembangkan Persis pada lima tahun ke depan adalah menegaskan kembali peran Persis sebagai gerbong pembaruan pemikiran keislaman, gerakan dakwah dan pendidikan untuk mewujudkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.
Sumber : Islam Digest , Republika, Ahad, 3 Oktober 2010 / 24 Syawal 1431 H
…………………………………………………………………
Persis dan Pemurnian Islam
Oleh : Nidia Zuraya
Persis bermula dari kelompok tadarusan di Kota Bandung yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.
Keberadaan penjajah Belanda di Indonesia telah melahirkan semangat persatuan dan keberagamaan umat Islam. Sebab, kedatangan penjajah ke bumi nusantara telah membawa sejumlah peradaban baru yang sebagian di antaranya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sementara itu, tingkat keberagamaan umat Islam juga mulai bercampur dengan kebiasaan dan tradisi yang menurut beberapa tokoh tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni.
Kondisi inilah yang menyebabkan lahirnya sejumlah organisasi keislaman di bumi nusantara. Hingga saat ini, tercatat cukup banyak organisasi Islam di Indonesia. Salah satunya adalah Persatuan Islam ( Persis ). Organisasi ini didirikan di Bandung pada 12 September 1923 oleh sekelompok tokoh Islam yang berminat dalam pendidikan serta gerakan pemurniaan dan pembaruan ( tajdid ) Islam. Gerakan ini dilakukan oleh sejumlah tokoh-tokoh Islam yang sebagian besar berusia muda.
Sebagaimana diketahui, gerakan pembaruan Islam mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1802 atau bersamaan dengan kembalinya sejumlah ulama Indonesia dari Tanah Suci Makkah. Para ulama ini melihat secara langsung gerakan pemurnian Islam di Jazirah Arab.
Mereka kemudian mengembangkan gerakan tajdid. Melalui gerakan tersebut, para ulama ini berupaya meluruskan semua praktik ibadah di kalangan masyarakat Muslim yang masih bercampur dengan bid’ah dan khurafat. Praktik ibadah seperti itu dipandang tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.
Semangat dan isi gerakan pembaruan Islam ini pada mulanya mendapat perhatian dari umat Islam di daerah perkotaan. Secara geografis dan kultural, masyarakat kota lebih cepat berhadapan dengan pengaruh luar daripada masyarakat desa. Mereka yang mendukung gerakan ini menamakan diri sebagai kelompok modernis Islam.
Pada awal abad ke-20, gerakan pembaruan Islam di Indonesia ditandai dengan munculnya berbagai organisasi kelompok modernis Islam di sejumlah kota besar, di antaranya Al-Jam’iyyah Al-Khoiriyah atau dikenal dengan nama Jamiat Khair pada 17 Juli 1905 di Jakarta, Al-Irsyad ( berdiri di Jakarta, 11 Agustus 1915 ), dan Muhammadiyah di Yogyakarta ( 12 November 1912 ).
Kota Bandung, sebagaimana dijelaskan Dadan Wildan dalam buku Yang Da’i Yang Politikus: Hayat dan Perjuangan Lima Tokoh Persis, tampaknya agak lambat menerima arus gerakan pembaruan Islam ini dibandingkan daerah-daerah lain meskipun Syarekat Islam ( SI ) telah beroperasi di daerah ini sejak 1913. Kesadaran akan keterlambatan ini merupakan salah satu cambuk berdirinya sebuah organisasi baru, yakni Persatun Islam ( Persis ).
Kelompok tadarusan
Berdirinya Persis, terang Dadan, diawali dengan terbentuknya suatu kelompok tadarusan ( penelaahan agama Islam ) di Kota Bandung yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus. Kelompok tadarusan yang berjumlah sekitar 20 orang itu menelaah, mengkaji, dan menguji ajaran-ajaran Islam yang berkembang di tengah masyarakat.
Para anggota tadarusan tersebut sadar akan bahaya keterbelakangan, kejumudan, tertutupnya pintu ijtihad, taklid buta, dan serangkaian praktik bid’ah. Mereka kemudian mencoba melakukan gerakan tajdid ( pembaruan ) dan pemurnian ajaran Islam dari paham-paham yang dianggap menyesatkan. Seiring dengan banyaknya peminatnya, kelompok ini menyadari perlunya membentuk sebuah organisasi baru yang memiliki karakter khusus.
Pada 1 Shafar 1342 H, bertepatan dengan 12 September 1923, kelompok tadarus ini sepakat mendirikan organisasi yang diberi nama Persatuan Islam. Nama Persatuan Islam ini diberikan dengan maksud untuk mengarahkan ruhul-ijtihad dan jihad: berusaha sekuat tenaga mencapai harapan dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak dan cita-cita organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam, dan persatuan usaha Islam.
Ide persatuan pemikiran, rasa, suara, dan usaha Islam ini diilhami firman Allah dalam Al-Quran surah Ali-Imran ayat 103 dan hadis Nabi SAW yang memerintahkan pentingnya persatuan.
“Dan, berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (undang-undang/aturan) Allah seluruhnya; dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS Ali Imran [3]: 103). “Kekuatan Allah itu beserta jamaah.” ( HR Tirmidzi ). Kedua dasar inilah yang menjadi moto Persis dan ditulis dalam lambang Persis yang berbentuk lingkaran bintang bersudut 12.
Dalam perkembangannya, konsep persatuan pemikiran, rasa, suara, dan usaha Islam ini dituangkan Persis melalui gerakan pendidikan Islam dan dakwah. Persis juga berusaha menegakkan ajaran Islam secara utuh tanpa dicampuri khurafat, syirik, dan bid’ah. Saat ini, organisasi Persis telah tersebar di sejumlah provinsi, di antaranya Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Bengkulu, Riau, Jambi, dan Gorontalo. ed: syahruddin el-fikri
Sekilas tentang Persis
Nama : Persis
Berdiri : 12 September 1923
Lokasi : Bandung
Pendiri : H Zamzam dan H Muhammad Yunus
Visi : Memurnikan Ajaran Islam Berdasarkan Al-Quran dan Hadis
Ketua Umum : Prof Dr KH Maman Abdurrahman
Sumber : Islam Digest , Republika, Ahad, 3 Oktober 2010 / 24 Syawal 1431 H
…………………………………………………………………
Penerapan Hukum Islam
Oleh : Nidia Zuraya
Sebagai organisasi Islam, Persis mempunyai tujuan utama untuk memberlakukan hukum Islam di tengah masyarakat, sebagaimana tuntunan Al-Quran dan Hadis di masyarakat.
Menurut Tafsir Qanun Asasi Persis, pada mulanya Persis, yang terbentuk dan berdiri pada masa penjajahan kolonial Belanda itu, tidaklah didasarkan atas suatu kepentingan atau kebutuhan masyarakat pada masa itu. Para pendirinya mendirikan organisasi ini karena terpanggil oleh kewajiban dan tugas risalah dari Allah SWT, sebagaimana Rasulullah SAW berdiri di atas bukit Shafa untuk menyatakan kerasulannya tidaklah berdasarkan atas kepentingannya.
Menurut Dadan Wildan, para pendiri Persis menilai bahwa masyarakat Islam Indonesia ketika itu tidak membutuhkan suatu perombakan tatanan kehidupan keislaman. Namun, mereka melihat bahwa sebagian besar umat Islam telah tenggelam dalam ‘buaian’ taklid, jumud, khurafat, bid’ah, takhayul, syirik, dan paham-paham sesat lainnya. Karena itu, tulis Wildan, Persis berdiri atas dasar kewajiban terhadap tugas Ilahi untuk mengubah kemandekan berpikir dan membuka ketertutupan pintu ijtihad.
Berbeda dengan organisasi-organisasi lain yang berdiri pada awal abad ke-20, menurut Howard M Federspiel dalam tulisannya yang bertajuk “Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia”, Persis mempunyai ciri tersendiri. Kegiatan organisasi ini dititikberatkan pada pembentukan paham keagamaan.
Sejalan dengan ini, Isa Anshary dalam buku Manifest Perjuangan Persatuan Islam menyatakan bahwa Persis tampil sebagai sebuah organisasi kaum Muslim yang sepaham dan sekeyakinan, yakni kaum pendukung dan penegak Alquran dan sunah.
Menurut Isa Anshary, Persis mengutamakan perjuangan dalam lapangan ideologi Islam dan bukan dalam bidang organisasi. Persis berjuang membentuk dirinya menjadi intisari dari kaum Muslim. “Ia mencari kualitas, bukan kuantitas. Ia mencari isi, bukan jumlah.” Karena itu, organisasi ini tampil sebagai salah satu sumber kebangkitan dan kesadaran baru bagi umat Islam serta menjadi kekuatan dinamika dalam menggerakkan kebangkitan umat Islam.
Sejak awal berdirinya, Persis tidak memberikan penekanan pada kegiatan organisasi. Para pengurus Persis tidak terlalu berminat untuk membentuk banyak cabang atau menambah sebanyak mungkin jumlah anggota. Sebab, yang terpenting bagi mereka adalah semangat keberagamaan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam sebagaimana dikehendaki oleh Allah dan rasul-Nya yang termaktub dalam Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW.
Karena itu, organisasi ini tidak cepat berkembang menjadi sebuah organisasi yang besar. Sebab, itu bukan tujuan utamanya. Namun, pengaruh organisasi ini tampak jauh lebih besar dibandingkan jumlah cabang ataupun anggotanya. ed: syahruddin el-fikri
Sumber : Islam Digest , Republika, Ahad, 3 Oktober 2010 / 24 Syawal 1431 H
…………………………………………………………………
Kiprah Persis
Oleh : Nidia Zuraya
Pengamalan ajaran Islam terus dikembangkan dari bidang pendidikan, penerbitan, hingga masalah ekonomi umat.
Pada dasarnya, perhatian Persis ditujukan terutama pada penyebaran paham Alquran dan sunah. Hal ini dilakukan melalui berbagai aktivitas, di antaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khutbah, kelompok studi, tadarus, pendirian sekolah-sekolah ( pesantren ), penerbitan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktivitas keagamaan lainnya.
Dalam bidang pendidikan, pada 1924 diselenggarakan kelas pendidikan akidah dan ibadah bagi orang dewasa. Pada 1927, didirikan lembaga pendidikan kanak-kanak dan Holland Inlandesch School ( HIS ) yang merupakan proyek lembaga Pendidikan Islam (Pendis) di bawah pimpinan Mohammad Natsir. Kemudian, pada 4 Maret 1936, secara resmi didirikan Pesantren Persis yang pertama dan diberi nomor satu di Bandung.
Dalam bidang penerbitan ( publikasi ), Persis banyak menerbitkan buku-buku dan majalah-majalah, di antaranya majalah Pembela Islam ( 1929 ), Al-Fatwa ( 1931 ), Al-Lissan ( 1935 ), At-Taqwa ( 1937 ), majalah berkala Al-Hikam ( 1939 ), Aliran Islam ( 1948 ), Risalah ( 1962 ), Pemuda Persis Tamaddun ( 1970 ), majalah berbahasa Sunda Iber ( 1967 ), dan berbagai majalah ataupun siaran publikasi yang diterbitkan oleh cabang-cabang Persis di berbagai tempat. Beberapa di antara majalah tersebut saat ini sudah tidak diterbitkan lagi.
Melalui penerbitan inilah, Persis menyebarluaskan pemikiran dan ide-ide mengenai dakwah dan tajdid. Bahkan, tak jarang di antara para dai ataupun organisasi-organisasi keislaman lainnya menjadikan buku-buku dan majalah-majalah terbitan Persis ini sebagai bahan referensi mereka.
Gerakan dakwah dan tajdid Persis juga dilakukan melalui serangkaian kegiatan khutbah dan tabligh yang kerap digelar di daerah-daerah, baik atas inisiatif Pimpinan Pusat Persis, permintaan dari cabang-cabang, undangan dari organisasi Islam lainnya, maupun atas permintaan masyarakat luas.
Pada masa Ahmad Hassan-guru utama Persis-kegiatan tabligh yang digelar Persis tidak hanya bersifat ceramah, tetapi juga diisi dengan menggelar perdebatan tentang berbagai masalah keagamaan. Misalnya, perdebatan Persis dengan Al-Ittihadul Islam di Sukabumi pada 1932, kelompok Ahmadiyah ( 1933 ), Nahdlatul Ulama ( 1936 ), kelompok Kristen, kalangan nasionalis, bahkan polemik yang berkepanjangan antara Ahmad Hassan dan Ir Soekarno tentang paham kebangsaan.
Sepeninggal Ahmad Hassan, aktivitas dakwah dengan perdebatan ini mulai jarang dilakukan. Persis tampaknya lebih menonjolkan sikap low profile sambil tetap melakukan edukasi untuk menanamkan semangat keislaman yang benar. Namun, bukan berarti tidak siap untuk berdiskusi dengan kelompok yang memiliki pandangan berbeda dalam satu bidang tertentu. Jika dibutuhkan, Persis siap melakukan gebrakan yang bersifat shock therapy.
Di pengujung abad ke-20, aktivitas Persis meluas ke aspek-aspek lain. Orientasi Persis dikembangkan dalam berbagai bidang yang menjadi kebutuhan umat. Mulai dari bidang pendidikan ( tingkat dasar hingga pendidikan tinggi ), dakwah, bimbingan haji, zakat, sosial, ekonomi, perwakafan, dan lainnya.
Dalam perkembangannya, sejak tahun 1963, Persis mengoordinasi pesantren-pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan yang tersebar di cabang-cabang Persis. Hingga Muktamar II di Jakarta tahun 1995, Persis tercatat telah memiliki 436 unit pesantren dari berbagai tingkatan.
Selain itu, Persis pun menyelenggarakan bimbingan jamaah haji dan umrah dalam kelompok Qornul Manazil, mendirikan beberapa bank Islam skala kecil ( Bank Perkreditan Rakyat / BPR ), mengembangkan perguruan tinggi, mendirikan rumah yatim dan rumah sakit Islam, membangun masjid, seminar, serta lainnya.
Dalam bidang organisasi, Persis membentuk Dewan Hisbah sebagai lembaga tertinggi dalam struktur organisasi. Dewan Hisbah ini difungsikan dalam pengambilan keputusan hukum Islam di kalangan Persis. ed: syahruddin el-fikri
Sumber : Islam Digest , Republika, Ahad, 3 Oktober 2010 / 24 Syawal 1431 H
…………………………………………………………………
Mengenal Tokoh-tokoh Persis
Oleh : Nidia Zuraya
Keberadaan sebuah organisasi sejak awal berdirinya hingga sekarang tidak terlepas dari peran serta para tokohnya. Demikian pula halnya dengan Persis. Organisasi yang pertama kali dibentuk oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus ini telah melahirkan sejumlah tokoh besar. Mereka menjadi tumpuan umat dalam memahami masalah agama.
Selain Ahmad Hassan ( A Hassan ), salah seorang tokoh dan menjadi guru utama Persis, organisasi Islam ini juga melahirkan tokoh lainnya, seperti Mohammad Natsir, Mohammad Isa Anshary, KHE Abdurrahman, dan KH Abdul Latief Muchtar. Bagaimana sosok dan kiprah mereka?
Mohammad Natsir
Dilahirkan di Kampung Jembatan Berukir, Alahan Panjang, Sumatra Barat, pada 17 Juli 1908. Ia adalah putra pasangan Sutan Saripado-seorang pegawai pemerintah-dan Khadijah. Ia pergi ke Bandung pada 1927 untuk melanjutkan studinya di AMS A-2 (setingkat SMA sekarang).
Di Kota Kembang ini, minat Natsir terhadap agama semakin berkembang. Karena itu, selama di Bandung, Nastir berusaha memperdalam ilmu agamanya dengan mengikuti pengajian-pengajian Persis yang disampaikan Ahmad Hassan.
Selain itu, Natsir juga mengikuti pelajaran agama di kelas khusus yang diadakan oleh Ahmad Hassan untuk anggota muda Persis yang sedang belajar di sekolah milik Pemerintah Belanda. Bahkan, dengan inisiatif Natsir, Persis kemudian mendirikan berbagai lembaga pendidikan, antara lain Pendidikan Islam ( Pendis ) dan Natsir sebagai direkturnya ( 1932-1942 ) serta Pesantren Persatuan Islam pada 4 Maret 1936.
Keberadaan sekolah-sekolah ini ditujukan untuk membentuk kader-kader yang mempunyai keinginan memperdalam dan mampu mendakwahkan, mengajarkan, dan membela ajaran Islam. Natsir adalah orang yang terlibat langsung dalam proses kaderisasi di bawah bimbingan Ahmad Hassan.
Dengan demikian, Natsir mempunyai hubungan yang dekat dengan Persis. Di bawah kepemimpinannya, Persis menjelma menjadi organisasi yang bukan hanya berupa kelompok diskusi atau pengajian tadarusan kelas pinggiran, melainkan sebuah organisasi Islam modern yang potensial. Dalam waktu singkat, ia berhasil menempatkan Persis dalam barisan organisasi Islam modern.
Mohammad Isa Anshary
Masa setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan periode kedua Persis sesudah kepemimpinan KH Zamzam, KH Muhammad Yunus, Ahmad Hassan, dan Mohammad Natsir yang mendengungkan slogan “Kembali kepada Alquran dan As-Sunnah”. Pada periode kedua ini, salah seorang tokoh Persis yang pernah memimpin adalah KH Mohammad Isa Anshary.
KH Mohammad Isa Anshary lahir di Maninjau Sumatra Tengah pada 1 Juli 1916. Pada usia 16 tahun, setelah menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Islam di tempat kelahirannya, ia merantau ke Bandung untuk mengikuti berbagai kursus ilmu pengetahuan umum. Di Bandung pula, ia memperluas cakrawala keislamannya dalam Jam’iyyah Persis hingga menjadi ketua umum Persis.
Tampilnya Isa Anshary sebagai pucuk pimpinan Persis dimulai pada 1940 ketika ia menjadi anggota hoofbestuur ( Pusat Pimpinan ) Persis. Tahun 1948, ia melakukan reorganisasi Persis yang mengalami kevakuman sejak masa pendudukan Jepang dan Perang Kemerdekaan. Tahun 1953 hingga 1960, ia terpilih menjadi ketua umum Pusat Pimpinan Persis.
Selain sebagai mubaligh, Isa Anshary juga dikenal sebagai penulis yang tajam. Ia termasuk salah seorang perancang Qanun Asasi Persis yang telah diterima secara bulat oleh Muktamar V Persis ( 1953 ) dan disempurnakan pada Muktamar VIII Persis ( 1967 ).
Dalam sikap jihadnya, Isa Anshary menganggap perjuangan Persis sungguh vital dan kompleks karena menyangkut berbagai bidang kehidupan umat. Dalam bidang pembinaan kader, Isa Anshary menekankan pentingnya sebuah madrasah, tempat membina kader-kader muda Persis.
Semangatnya dalam hal pembinaan kader tidak pernah padam meskipun ia mendekam dalam tahanan Orde Lama di Madiun. Kepada Yahya Wardi yang menjabat ketua umum Pimpinan Pusat Pemuda Persis periode 1956-1962, Isa Anshary mengirimkan naskah “Renungan 40 Tahun Persatuan Islam” yang ia susun dalam tahanan untuk disebarkan kepada peserta muktamar dalam rangka meningkatkan kesadaran jamaah Persis.
Melalui tulisannya, Isa Anshary mencoba menghidupkan semangat para kadernya dalam usaha mengembangkan serta menyebarkan agama Islam dan perjuangan organisasi Persis. Semangat ini terus ia gelorakan hingga wafatnya pada 2 Syawal 1389 H yang bertepatan dengan 11 Desember 1969.
KHE Abdurrahman
KH Endang Abdurrahman tampil sebagai sosok ulama rendah hati, berwibawa, dan berwawasan luas. Dengan gaya kepemimpinan yang luwes, ia telah membawa Persis pada garis perjuangan yang berbeda: tampil low profile dengan pendekatan persuasif edukatif, tanpa kesan keras, tetapi teguh dalam prinsip berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
Abdurrahman dilahirkan di Kampung Pasarean, Desa Bojong Herang, Kabupaten Cianjur, pada Rabu, 12 Juni 1912. Ia merupakan putra tertua dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Ghazali, seorang penjahit pakaian, dan ibunya bernama Hafsah, seorang perajin batik.
KH Aburrahman dikenal sebagai seorang ulama besar dan ahli hukum yang tawadhu. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menelaah kitab-kitab, mengajar di pesantren, dan hampir setiap malam mengisi berbagai pengajian.
Sosok ulama Persis yang satu ini, sebagaimana ditulis Fauzi Nur Wahid dalam bukunya KHE Abdurrahman: Peranannya dalam Organisasi Persatuan Islam, semula memiliki pemahaman keagamaan yang bersifat tradisional. Namun, pada kemudian hari, ia beralih menjadi ulama yang berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah serta menentang berbagai ibadah, khurafat, dan takhayul.
Pada masa kepemimpinannya, banyak persoalan mendasar yang dihadapi Persis. Di antaranya, bagaimana mempertahankan eksistensi Persis di tengah gejolak sosial politik yang tidak menentu. Jihad perjuangan Persis dihadapkan pada masalah-masalah politik yang beragam.
Selain itu, Persis juga berhadapan dengan aliran-aliran yang dianggap menyesatkan umat Islam. Untuk menghadapi aliran tersebut, ia memerintahkan para mubaligh Persis dan organisasi yang ada di bawah Persis untuk terjun ke daerah-daerah secara rutin dalam membimbing umat.
KH Abdul Latief Muchtar
Dilahirkan di Garut pada 7 Januari 1931 dari pasangan H Muchtar dan Hj Memeh. Sejak kecil, KH Abdul Latief Muchtar sudah bersentuhan dengan Persis hingga akhirnya menjadi ketua umum Persis, menggantikan KHE Abdurrahman yang wafat.
Jika Persis kini tampak low profile, itu semua tidak lepas dari kepemimpinan KH Abdul Latief. Pada masa kepemimpinannya, Persis berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada masanya yang lebih realistis dan kritis.
Pada masa awal jabatannya sebagai ketua umum Persis, KH Abdul Latief dihadapkan pada keguncangan jamaah Persis karena adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 yang menuntut semua organisasi kemasyarakatan ( ormas ) di Indonesia mencantumkan asas tunggal Pancasila sebagai asas dalam anggaran dasar organisasinya. Persoalan asas tunggal ini dihadapi dengan visi dan pemikiran KH Latief yang akomodatif. Ia mencoba menjembatani persoalan ini dengan baik.
Dalam bidang jam’iyyah ( organisasi ), KH Latief bertekad menjadikan organisasi Persis makin terbuka ( inklusif ). Persis harus mampu diterima semua kalangan, tanpa ada kelompok yang merasa takut dengan keberadaannya.
KH Latief bercita-cita mengembangkan objek dakwahnya ke lingkungan kampus. Baginya, kampus adalah lembaga intelektual yang harus dirangkul dan diisi dengan materi dakwah yang tepat. Karena itulah, ia mendukung sepenuhnya pembentukan organisasi otonom mahasiswa Persis di berbagai perguruan tinggi dalam satu wadah Himpunan Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswi Persis. ed: syahruddin el-fikri
Sumber : Islam Digest , Republika, Ahad, 3 Oktober 2010 / 24 Syawal 1431 H
δδδ
Cianjur, Senin, 4 Oktober 2010 | 01 : 14
Feb 03, 2011 @ 11:31:42
bagaimana dengan Dakwah Salafiyah di Indonesia?
May 29, 2011 @ 22:52:32
Wah Mantab infonya agan thanks before visit at our web company http://www.jatijepara.com/ Yuk tukeran link agan
Jan 04, 2012 @ 08:15:21
Assalamu’alaikum wr.wb
Afwan, saya pemuda 16 tahun. Masih SMA di jak-pus.
Saya sejak 6 bulan lalu berminat jadi jamaah PERSIS tapi bagaimana cara dan prosedurnya? Sementara saya bukan berasal dari keluarga jamaah PERSIS.
Ditunggu jawabannya.jazakallah khairan katsir
——————————————————-
Jan 29, 2012 @ 21:39:33
Maaf saya mau tanya, kalau alamat ponpesnya (persis) di wilayah Bekasi di mana? Terima kasih atas Infonya.
————————————————–
Dec 20, 2018 @ 09:53:20
Bismillah, ko ada anggotanya…inikan agama kenapa harus pakai KTA..bukankah menjadi hizbiyyah buka seperti ini??
Jan 10, 2012 @ 13:11:18
MAkasih atas info nya…
Apr 03, 2012 @ 10:48:19
ada info NU g,pengen solawatan saya sama tawassul
—————————————————
Apr 18, 2012 @ 09:46:19
Satukan dulu partainya.
May 11, 2012 @ 09:47:52
Trims infonya, izin copy untuk bahan kepersisan ya pak.
Jun 02, 2012 @ 04:11:48
Assl Akhi, kalo di medan di mana alamat persis ya
—————————————————–
Jun 08, 2012 @ 08:57:18
Asslmkm…bade naroskeun,,,pami ustad Aam Amirudin anjeuna orang Persis Sanes ?
Jul 19, 2012 @ 19:08:45
Bagus banget infonya….
Salam dari Furniture Antik Toko Mebel Jati Jepara. Silahkan berkunjung di Furniture Mebel Jepara! http://www.furnitureantik.com/.. Yuk tukeran Link
Jul 23, 2012 @ 20:02:17
Assalamualaikum wrwb… dengan segala hormat, mohon kiranya memasukan salah satu tokoh PERSIS yang satu ini, Guru kami KH. Akhyar suhada…atau lebih di keneal dengan Ustadz Suhada … terima kasih
Jul 31, 2012 @ 12:20:14
kl di medan persis dmn ya akhi?
sukron kesiron
Aug 26, 2012 @ 06:50:40
Alhamdulillah di frovinsi banten persis sdh ada 7 cabang di serang kota, kab serang,kab pandeglang, kab lebak dan sebentar lagi di tanggerang
Aug 26, 2012 @ 06:53:05
Untuk akhi syafarudin persis di sumut sudah ada bisa di buka di web site persis sumut
Sep 07, 2012 @ 12:39:40
sy suka banget sama PERSIS
Feb 23, 2013 @ 05:13:12
di kendari (sultra) ada cab persatuan islam tidak???
Apr 09, 2013 @ 12:19:23
Terima kasih banyak gan atas informasinya, salam kenal dari mebel jepara
Apr 15, 2013 @ 16:56:18
great ariticle, aku lagi memperdalam tentang ilmu agama islam 😀
May 17, 2013 @ 14:37:50
islam memang indah 🙂
May 19, 2013 @ 16:53:00
subhanallah….!
Ya Allah jadikan kami sebagai kader-kader Persis yang dapat melanjutkan perjuangan para Tokoh-Tokoh kami. Amin!
Jun 28, 2013 @ 01:22:39
saudara-saudaraku yang di persis mari kita sama-sama berjuang, anda di persis kami di NU faham terbesar di indonesia. Yang dimaksud benar menurut yang sedikit dan benar menurut yang banyak bisa jadi pilihan sesuai dengan keterangan ‘alaikum bisyawadil a’dzom.
Jul 21, 2013 @ 13:31:22
tpi klo saya golongan islam NU yg tdk akan terpengaruh oleh persis,….meskipun suami dan keluarga suami persis saya tdk akan pernah terpengaruh,….sekali nu NU tetap NU,….MESKI PUN RAGA INI SAMPAI MASUK KE LIANG KUBUR AKU AKAN TETAP SETIA MENJADI PENGIKUT NU,……HIDUP NU,….
May 27, 2017 @ 22:57:27
Terus urusannya apa?
May 27, 2017 @ 22:57:28
Terus urusannya apa?
Aug 27, 2013 @ 15:59:51
salam kenal aja ane dari PERSIS CENGKARENG,,,Lanjutkan perjuangan yyyy
Oct 07, 2013 @ 15:04:58
apakah di PERSIS mengharuskan NEPOTISME,tolong di cek dan di telaah yayasan PERSIS DI UTAN KAYU.jangan hanya seorang kepala yayasan bisa menempatkan aset2 yayasan untuk adik dan saudara iparnya,
Dec 09, 2013 @ 12:17:28
tak kenal maka tak sayang, dulu saya tidak suka sama orang2 persis karena terkesan jutek, setelah saya dekat ternyata mudah dipahami sesuai Al Quran dan sunnah… sekarang saya sangat2 bersyukur bisa menyekolahkan anak2 saya di pesantren persis, salam ukhuwah untuk semua 🙂
Jan 24, 2014 @ 10:20:37
Mohon petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Pelaksanaan Musyawarah Cabang serta SOP dari Musyawarah Cabang
May 25, 2014 @ 22:04:48
Terima kasih banyak Gan info nya
Furniture Jepara
Dec 19, 2014 @ 11:58:03
beneran nih… besok”nya ga bakalan masuk partai…????
Dec 29, 2014 @ 23:08:26
mksih info tentang persis…..
Feb 19, 2017 @ 23:15:39
Apa esensi persis bagi pelajar
Nov 21, 2017 @ 06:55:07
assalamualaikum. Mau tanya. Kalo makna dari lambang persis itu apa ya?
Terimakasih 😊
Mohon bantuannya